Skip to main content

Tak Mau Sendiri di Hari Blogger Nasional

Hari terakhir blog challenge....

Seru juga ikutan challenge ini, numpang ngeblog rasa blogger beneran! Meskipun yang diikuti baru menulisnya saja, karena status blog masih tertolak di facebook dan instagram jadi tidak bisa mematuhi aturan main dari Kumpulan Emak Blogger yang punya hajat.

Keseruan yang lain, meski saya sudah lama bergabung, baru kali ini bisa ikut terlibat dan menyaksikan aksi blogger-blogger yang turun singgasana untuk membagikan tulisan menjawab challenge. Saya jadi mondar mandir blogwalking kesana-kemari. Alhamdulillah, beberapa sudah nangkring di reading list. Banyak yang saya ingin kenal lebih jauh, sukur-sukur bisa berteman dan menjadi mentor, aamiin.

Kalau melihat data anggota Grup Facebook KEB, tercatat 3700 blogger! Kebayang kalau semua berkumpul di Hari Blogger Nasional, dong. Terus saya ikutan nimbrung, celingukan dan mencari-cari, berapa banyak model blogger seperti saya ya...

Berharap Tidak Ngeblog Sendirian Lagi

Setelah merasakan setiap hari beramai-ramai ngeblog dengan satu tema tertentu, saya jadi tau rasanya seru ngeblog bareng. Meski gagap karena tidak terbiasa menulis setiap hari dengan tema yang berbeda, terutama harus 1000 kata. 

Menulis 1000 kata dengan tema-tema tertentu tid
ak mudah buat saya. Ada tema yang rasanya 1000 kata pun tidak cukup untuk ditulis sampai puas, ada juga yang dengan 1000 kata terasa mubazir. Jadi kepikiran, bagaimana kalau ngeblog dibuat lebih bervariasi, tidak hanya beda tema tapi beda gaya, bisa ala artikel majalah, cerpen? puisi? berbalas pantun? hihihi

Masih tentang gaya, meskipun ngeblog bareng, gaya blogger macam-macam. Berkat challenge yang hanya beberapa hari saja, saya bisa mengenal blogger dengan bermacam-macam gaya penulisan. Bayangkan kalau challenge-nya sampai 30 hari, atau saya dengar ada juga membuat ODOP One Day One Post selama 100 hari. Wow banget ya. Selesai challenge pasti sudah berasa kayak saudara senasib sepenanggungan!

Dari peserta challenge kali ini, sedikit banyak saya sudah tau ciri khas blog dan penulisnya masing-masing. Sekedar membaca tulisan mereka dalam tema yang sama saja saya sudah belajar banyak, apalagi kalau saya sempat lebih dalam membaca tulisan-tulisan mereka sehari-hari. Memantengi facebook KEB di hari-hari biasa jauh berbeda dengan hari-hari selama challenge berlangsung. Mungkin karena di hari biasa terpatok aturan tema tulisan yang bisa di-share setiap harinya? dari 3700 anggota grup, seandainya sehari ada 100 blogger saja yang share tulisan mereka hari itu, seru kali ya? Iya  seru buat saya tapi pening buat MakMin! hihihi

Intinya siy, saya kepingin lebih banyak mengenal anggota KEB melalui tulisan-tulisan mereka, sekaligus menimba ilmu dari mereka. Karena saya tidak mungkin bisa ikut event, jauh euy! Saya juga mau tau dari 3700 blogger itu ada berapa banyak yang tinggal di luar Indonesia, siapa tau bisa bisa buka cabang KEB Luar Negeri begitu. Sukur-sukur ada KEB cabang Jepang, atau cabang Tokyo. Kebayang dong nanti seru challenge KEB antar cabang, atau malah sudah ada tapi saya ketinggalan informasi aja ya?

Bermimpi Menjadi Blogger Beneran

Dari challenge ini, selain saya bisa melihat berbagai macam blogger dengan gaya mereka masing-masing, saya juga jadi menemukan cermin untuk diri saya sendiri. Ternyata kalau menulis tema ini gaya saya begini, sedangkan tema itu gaya saya begitu. Tapi secara umum bisa dilihat kecenderungan gaya saya menulis itu seperti apa. Gaya menulis saya juga agak beda ketika menulis untuk challenge dengan menulis untuk diri sendiri (kok jaim yak? wkwk). Dan bonus lain, gaya saya menulis sekarang jauh berbeda dengan gaya saya menulis pertama kali di blog 15 tahun lalu!

Selama beberapa hari menulis untuk challenge, saya banyak menemukan ide-ide baru tentang self image sebagai blogger, finding my own voice sebagai blogger, sekaligus banyak bertanya kepada diri sendiri, 

Sanggupkah menulis untuk pesanan? 

Siapkah bersaing dalam menulis?

Apa tidak malu membuka diri sendiri ke pembaca?

Beneran mau membuat personal branding dan menjualnya?

Lagian apakah layak untuk dijual? hahaha!

Beberapa hari ini kepala benar-benar berbadai, alias brainstorming melulu. Tentu saja ini adalah perkembangan yang baik. Banyak bunga-bunga impian berupa ide-ide yang terlihat seperti kuncup-kuncup yang menjanjikan banyak harapan. Saya merasa sangat berenergi, padahal hari ini temasuk yang amat menyibukkan karena ketiga anak saya ada event khusus. Harus mondar mandir kesana kemari, dan kebetulan harus ketemu banyak orang. 

Hari ini adalah hari terakhir challenge, tapi rasanya adalah awal dari sesuatu yang insya Allah baik untuk saya. Doa saya, semoga apa yang telah saya lakukan bukanlah hal yang sia-sia dan menuju kepada perbaikan, aamiin.

Terima kasih KEB atas challenge yang asyik banget kali ini, semoga saya bisa bergabung di challenge lain ke depannya!

Comments

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)