Skip to main content

Mak Rempong dan SIM Jepang


Buku-buku materi kursus mengemudi
Alkisah, saya seorang Mak Rempong di usia 40-an dengan 3 orang anak (9 tahun, 5 tahun, dan 2 tahun) merengek meminta Me Time ala Mamah Muda kepada suami. Suami menyambut gembira, bersedia menjaga anak-anak di rumah, tapi me time yang ditawarkan adalah kursus mengemudi!
Pertimbangannya, walaupun memang sehari-hari kami di Tokyo tidak memerlukan mobil pribadi, dan tidak punya dan tidak berniat membeli mobil, tapi keterampilan mengemudi siapa tahu kelak akan berguna. Misalnya untuk mengantar-jemput mertua yang kebetulan sudah pindah ke dekat rumah kami, jika mereka sudah tidak dapat menggunakan transportasi umum dengan nyaman, atau sudah tidak dapat mengemudi lagi.

Saya pun mengiyakan, walaupun agak takut. Alasan pertama, kendaraan adalah kelemahan saya. Saya baru bisa "mengendarai" sepeda di Jepang, saat kepepet. Awal tinggal di Jepang saya kemana-mana toh nyaman naik kendaraan umum, saya juga kuat jalan kaki, bahkan saya pernah pulang pergi mengurus perizinan ke kantor imigrasi dengan jalan kaki, pulang pergi 4 jam! Alasan kedua, biaya kursus mengemudi ternyata sangat mahal! bagaimana jika gagal? jadinya menghamburkan uang saja! Tapi suami meyakinkan pengalaman kursus mengemudi itu menyenangkan, dan paling lama hanya 2 atau 3 bulan, tidak harus setiap hari, waktunya fleksibel, dan disediakan penitipan anak gratis!

Singkat cerita, mulailah saya kursus mengemudi. Biasanya sekolah mengemudi berkaitan erat dengan profesi polisi lalu lintas, bahkan konon para instrukturnya adalah mantan Polantas. Sekolah mengemudi juga memiliki kurikulum yang baku, persyaratan untuk menjadi instruktur juga ketat, tentunya karena peraturan lalu lintas Jepang juga sangat ketat. Sekolah mengemudi ada yang berstatus diakui pemerintah ninka 認可 dan ada juga yang tidak diakui. Biasaya sekolah mengemudi yang diakui boleh melaksanakan ujian sim praktek dan tertulis, untuk kemudian diotorisasi di Lisence Office atau biasa disebut menkyo senta 免許センター. Sedangkan sekolah mengemudi yang tidak diakui, ujian sim harus dilakukan di menkyo senta.

Ada 3 jenis SIM di Jepang. SIM Type 1 atau SIM Umum per jenis kendaraan (selain jenis kendaraan yang mengharuskan SIM Type 2), SIM Type 2 per jenis kendaraan yang biasanya merupakan angkutan umum, atau yang memungut ongkos, misalnya Taxi atau supir pribadi/pengganti, dan SIM sementara untuk digunakan selama latihan mengemudi di jalan raya, sampai lulus dan mendapat SIM yang sebenarnya. Saya mengambil SIM Type 1 untuk kendaraan biasa, atau futsuu menkyo 普通免許 adalah surat ijun mengemudi kendaraan yang disebut futsuu jidousha 普通自動車 , kendaraan roda empat dengan massa 2-3.5 ton, memuat kurang dari 10 orang, termasuk kendaraan roda dua dibawah 125 cc, atau biasa disebut motor bebek, gentsuki jitensha, 原付自転車.


Tempat latihan mengemudi standar
 sekolah mengemudi di Jepang
diambil dari sini
Kursus mengemudi untuk memperoleh SIM type  ini menyediakan 2 pilihan, SIM untuk mobil transmisi manual, atau yang terbatas untuk mobil transimisi otomatis, disebut ATgentei AT限定 (jenis SIM yang saya ambil). Kursus Mengemudi terdiri dari 2 tahap, Tahap Pertama meliputi kelas materi sebanyak 10 jam pelajaran (disebut gakka 学科, kebanyakan tentang aturan lalu lintas), dan kelas praktik (disebut ginou 技能, misalnya cara belok, naik/turun tanjakan, jalan sempit berbentuk huruf L atau berkelok seperti huruf S), yaitu mengemudi di tempat latihan di sekolah sebanyak 15 jam untuk SIM mobil manual dan 12 jam untuk SIM mobil otomatis. Setelah selesai kusus mengemudi tahap 1, biasanya ada satu jam khusus untuk menilai layak tidaknya peserta untuk untuk mengambil SIM Sementara, disebut mikiwame 見極め, peserta yang tidak lulus mikiwame ini biasanya harus mengulang latihan mengemudi dan tentu harus membayar biaya tambahan!

Bila peserta dinyatakan selesai kursus tahap 1, maka peserta boleh ikut ujian untuk mengambil SIM Sementara yang disebut kari menkyo 仮免許, berupa ujian tertulis dengan syarat lulus menjawab benar 45 soal dari 50 soal pilihan benar atau salah, dan ujian praktik di tempat latihan sekolah. Ujian tahap satu ini disebut shuuryoukentei 終了検定.

Setelah lulus dan mendapat SIM Sementara, barulah mulai Tahap Kedua meliputi kelas materi sebanyak 16 jam pelajaran (termasuk materi tentang perawatan kendaraan, pertolongan pertama saat kecelakaan, termasuk cara membaca peta dan menentukan rute jalan yang mudah), dan kelas praktik mengemudi di jalan raya (termasuk latihan mengemudi di jalan tol) sebanyak 19 jam latihan. Nah, tahap kedua ini menurut suami saya sangat menyenangkan, karena bebas mengemudi di jalan raya ditemani instruktur yang dapat diandalkan, menjadi tangan, mata dan kaki sementara kita mengemudi. Tapi menurut saya, tahap ini sangat membebani mental saya, karena pada dasarnya saya yang mengemudi dan bertanggung jawab jika terjadi kecelakaan. Belum lagi materi tahap 2 kebanyakan memberikan tekanan untuk mematuhi peraturan dan konsekuensi yang fatal jika kita lalai, apalagi menimbulkan korban jiwa. Hukuman bagi pengemudi yang lalai di Jepang sangat berat! kadang kelas materi berisi penayangan video kecelakaan lalin, diikuti dengan kisah pilu para pengemudi yang terlibat kecelakaan lalin.

Hadiah kelulusan dari sekolah mengemudi,
tanda segitiga pengemudi pemula,
shoshinsha maaku, 初心者マーク,
harus ditempel di bagian depan dan belakang mobil,
selama kurun waktu 1 tahun pertama mengemudi 
Setelah selesai Tahap 2 dan lolos mikiwame, barulah peserta boleh ikut ujian untuk mengambil SIM sebenarnya, tapi hanya ujian praktik di jalan raya. Ujian tahap 2 ini disebut sostugyoukentei 卒業検定. Setelah lulus ujian praktik, peserta mendapat surat pernyataan lulus ujian mengemudi yang berlaku 1 tahun, lalu peserta harus mengambil ujian tertulis (disebut gakka shiken 学科試験) di Liscense Office, atau menkyo senta  dengan syarat kelulusan menjawab benar 90 soal dari 95 soal pilihan benar atau salah. Barulah kemudian SIM Sementara dapat ditukar dengan SIM sebenarnya, yang berlaku hingga 3 kali ulang tahun, bukan 3 tahun loh.

Saya dengan susah payah akhirnya menyelesaikan kursus selama hampir 3 bulan, dari mulai daftar tanggal 26 November 2017 hingga resmi mendapatkan SIM pada tanggal 19 Februari 2018. Suka duka selama kursus Insya Allah akan saya tulis kemudian.

Comments

  1. Bagus banget ya tempat kursusnya, btw kata orang menyetir mobil itu adalah keahlian, kalau sering digunakan ya jadi ahli.
    Kalau enggak bisa kagok lagi hehehe..

    Ditunggu kisah kursusnyaa mba 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul :) itu penyemangat saya sebenarnya, untuk terus lanjut. Walaupun kadang saya putus asa, driving is not my sport..hikss

      Delete
  2. wah beda abnget dg yang di sini ya, iyalah jepang gitu yang terkenal negara yang maju

    ReplyDelete
    Replies
    1. tapi orang Jepang sendiri banyak protes, kursus mengemudi Jepang bisnis banget. Terus dapet SIM rata2 gak nyetir juga, soalnya pas kursus ditekankan banget tanggung jawab nyetir, dijelaskan mahalnya perawatan dan perizinan mobil pribadi. Instrukturnya terlalu sigap juga, jadi jarang peserta kursus belajar dari kesalahan sendiri, karena keburu dicover instruktur. Ada orang Jepang bilang, kursus di Amerika mobil sampe penyok2 nabrak juga gapapa :)

      Delete
  3. Aku ga yakin bisa lulus kalo di sana hahahahah... Di indo aja udh trauma bawa mobil, krn prnh tabrakan parah :D. Jd kalo kemana2 di jkt, yo wislah naik gojek ato busway :D. Jepang mah enak yaa, publik transportnya komplit dan nyaman..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, sayangnya kalau kita bawa orang tua atau anak kecil suka gak enak hati, mengganggu kenyamanan penumpang lain. Mobil saya paling rental kalo misalnya ada perlu jarak jauh saja.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)