Skip to main content

Support System bagi Seorang Blogger: Perlukah?

Hari ke-4 #ngeblogasyikbarengKEB, sudah mulai merasa gak asyik karena kebanyakan begadang!

Tapi, salut dengan ide challenge dan pemilihan topiknya setiap hari. Benar-benar seperti "pucuk dicinta ulam tiba", "bagai mengantuk disorongkan bantal", dan "bak gayung bersambut" buat saya yang sedang celingukan karena baru aktif menulis lagi di blog ini.

Begini toh rasanya menjadi blogger professional, harus menulis dengan deadline, dengan topik dan bentuk tulisan yang ditentukan, dan jangan lupa: syarat dan ketentuan berlaku! Jadi saya tidak bisa santai seenak jempol ngalor ngidul di blog meskipun di blog pribadi.

Jadi, topik hari ini adalah support system seorang blogger professioanal. Karena saya bukan blogger professional, mari sejenak berangan-angan. Seperti apa sih keseharian seorang blogger profesional? Apa sajakah modal yang diperlukan untuk menjadi blogger profesional? Kalau saya menjadi blogger profesional, akan menjadi blogger model yang bagaimana?

Untuk sederhananya, definisi blogger professional yang saya pilih adalah blogger yang dibayar untuk menulis sebuah konten, baik di blog-nya sendiri atau di tempat lain. Jadi, saya tidak membayangkan menyediakan jasa affiliate walaupun dalam jangka panjang berencana untuk menjual produk online.

Setelah celingukan sejenak di Google, saya memilih tiga jenis model blogger untuk dibahas.

Alternatif Tipe Blogger 

tipe-blogger-profesional

Blogger Full Time melibatkan Keluarga

Salah satu blogger full time bersama keluarga yang saya pilih secara acak sesuai hasil googling adalah Heather Reese, penulis blog it`s a lovely life. Bersama sang suami dan 3 orang anaknya, Heather menyediakan kelas pelatihan blogger dan kebanyakan menulis tentang travelling dan kisah sehari-hari.

Blogger Full Time Pribadi

Pilihan jatuh kepada Jessica Camerata, penulis blog an indigo day Seorang blogger profesional menulis tentang fashion sekaligus memasarkan produk-produk fashion-nya di Instagram.

Blogger Sambilan

Untuk tipe blogger ini saya memilih Joshua Becker penulis blog becoming minimalist. Seorang blogger yang mengawali menulis blog didedikasikan untuk perubahan gaya hidup minimalis, kemudian berkembang sampai penulisan buku hingga bisnis jasa decluttering dan pelatihan personel jasa decluttering.

Modal untuk Menjadi Seorang Blogger

Blogger Full Time dengan Keluarga

Blogger full time dengan keluarga seperti tidak ada bedanya dengan bersama-sama mengelola sebuah bisnis keluarga di dunia nyata. Ambil contoh misalnya rumah makan yang dikelola keluarga, setiap anggota keluarga harus kompak bergerak sesuai dengan misi yang sama menjalankan usaha sesuai porsi tugasnya masing-masing selain tetap harus melaksanakan tugas sebagai anggota keluarga.

Menjadi blogger full time dengan keluarga bisa dibilang puncak dari kesuksesan seorang blogger, karena dari penghasilannya bisa menghidupi sebuah keluarga. Tentu saja ini sebanding dengan investasi yang harus dilakukan, karena selayaknya sebuah usaha, tentu ada banyak faktor risiko seperti perkembangan pasar dan persaingan usaha. Artinya baik investasi fisik berupa pemutakhiran perangkat pendukung, dan tentu saja pemutakhiran keahlian sebagai blogger profesional. Ditambah kejelian melihat peluang demi peluang memajukan usaha. Singkatnya, benar-benar membutuhkan keahlian enterpreneurship/wirausaha. 

Blogger Full Time Pribadi

Berbeda dengan tipe blogger di atas, saya melihat blogger full time pribadi terkesan lebih ringan dan fleksibel. Tidak perlu mengkondisikan mood maupun jadwal anggota keluarga yang juga berpartisipasi membuat konten. Membaca blog fashion ternyata bisa membuat rileks, padahal saya bukan termasuk pecinta fashion, apalagi styling dan make-up. Tapi ternyata, dibalik itu jadwal penulisnya demikian padat karena semua harus dilakukan sendirian, atau diatur untuk menggunakan jasa profesional, misalnya untuk fotografer.

Dalam soal enterpreneurship/wirausaha, tidak jauh berbeda. Fleksibilitas dan kebebasan sekilas tampak seperti sisi positif, tapi kalau dipikir lebih jauh, sepertinya berat juga mengelola usaha tanpa ada partner untuk berkonsultasi, berbagi pendapat dan bertukar ide.

Blogger Sambilan

Tadinya saya pikir tipe ini adalah tipe blogger kebanyakan, artinya kegiatan blogging hanya sekedar sambilan karena waktu yang digunakan hanya sedikit, sekedar mengisi waktu senggang. Ternyata salah besar! Dari segi keahlian enterpreneurship/wirausaha, tidak jauh berbeda. Tapi blogger sambilan ini membutuhkan konsentrasi tinggi, karena dalam waktu yang singkat harus konsisten menjalankan usaha, sembari memprioritaskan pekerjaan utama.

Kemampuan untuk fokus sepertinya berangkat dari perencanaan yang matang dalam memilih satu bidang yang akan dijadikan tema utama, baru kemudian berdiversifikasi menjadi banyak alternatif bidang usaha. Karena core-nya sudah jelas, sudah di-mapping, selanjutnya tinggal konsisten merawat sambil mencari peluang baru, produk baru, target pasar baru dan lain sebagainya. 

Satu hal lain yang menggelitik adalah, alangkah baiknya jika pekerjaan utama tidak terlalu berbeda jauh dari tema blogging, artinya waktu yang digunakan dalam pekerjaan utama sebenarnya menjadi ladang tempat mendapatkan ide, pengalaman, yang kemudian tinggal dituangkan ke dalam blog. Sepertinya sempurna sekali!

Support System Seorang Blogger 

Setelah mempertimbangkan faktor-faktor di atas, saya cenderung memilih tipe blogger sambilan. Artinya saya hanya menyediakan waktu untuk menulis konten tanpa mengganggu kegiatan utama sebagai home maker, alias ibu rumah tangga yang mengurus urusan pekerjaan rumah dan pendidikan anak-anak. 

Selain itu, karena saya memiliki pekerjaan sambilan lain yang menuntut waktu online 3 jam per hari, 3 hari seminggu, plus 8 jam berkegiatan di luar rumah saat akhir pekan. Kalau melihat ritme selama mengikuti challenge ini, sepertinya menjadi blogger full time itu tidak mungkin! Kecuali saya bisa memangkas waktu yang saya gunakan untuk keluarga dan pekerjaan sambilan agar bisa dialihkan untuk kegiatan blogging. Lagipula, saya sama sekali tidak memiliki keahlian yang diperlukan seorang blogger profesional.

Tapi, melihat keseharian para blogger profesional yang saya jadikan model, banyak hal yang patut dicatat mengenai support system jika saya kemudahan menjadi seorang blogger, diantaranya:

Suami sebagai sumber penghasilan utama untuk keluarga

Ini sudah jelas, karena bisa dibayangkan saat diperlukan banyak waktu untuk membangun blog dan menemukan audiensi, penghasilan seorang blogger pasti sangat minim. Selama periode ini, tentu penghasilan suami adalah penyambung hidup yang utama.

Bantuan untuk efisiensi pekerjaan rumah dan urusan keluarga

Untuk saya yang meskipun sudah 15 tahun menjadi ibu rumah tangga, bisa dibilang sudah mapan dengan rutinitas urusan rumah tangga. Anehnya, rutinitas ini bukan berarti memadukan saya lebih terampil, tapi sebaliknya. Saya memiliki standar tersendiri soal pekerjaan rumah, yang kalau tidak tercapai, bisa-bisa uring-iringan sepanjang hari! Kalau sudah begitu, boro-boro kepikiran mau duduk lama menulis konten. Misalnya dipaksakan pun, yang bakal terjadi adalah saya misuh-misuh mengerjakan pekerjaan rumah karena kepingin buru-buru kelar supaya ada waktu untuk menulis konten. Kesimpulannya, harus ada jalan keluar supaya pekerjaan rumah tangga bisa selesai lebih cepat dari biasanya. Jadi harus dipikirkan meminta bantuan kepada suami (lah, suami lagi!) atau anak-anak untuk ikut mendukung aktivitas blogging saya. Bisa juga alat rumah tangga yang lebih smart (sambil scroll Amazon wishlist yang sudah panjang).

Perangkat keras yang efisien sehingga memperpendek waktu blogging

Mari kita lihat dari sudut pandang lain. Kalau waktu tidak bisa diperpanjang, berarti perangkat keras untuk menulis konten yang harus mutakhir dan mempercepat pekerjaan. Tentu saja ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi kalau masih baru mau memulai. Jadi sementara waktu tidak ada pilihan lain selain menggunakan fasilitas yang ada (yang juga bersumber dari suami! haha)

Perangkat lunak yang mutakhir sehingga memperpendek waktu riset, dan apdet keterampilan supaya bisa efektif dan efisien menulis konten

Kalau yang ini mungkin bisa saya usahakan sendiri. Perangkat lunak sekarang masih banyak tersedia gratis untuk penggunaan yang masih sederhana. Tutorialnya juga banyak dan gratis. Hanya saja, memang masalah manajemen waktu adalah yang paling penting. Sesegera mungkin saya harus belajar bagaimana merencanakan penggunaan waktu yang ada sehingga pekerjaan yang sebanyak-banyaknya bisa diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya!

Tentu saja badan yang sehat dan pikiran yang jernih

Kalau melihat jadwal harian semua model blogger di atas, jadwal olahraga semisal joging atau working out at the gym adalah rutinitas wajib. Ini karena aktivitas blogging menuntut kualitas fisik dan tentu saja psikis yang prima. Coba bayangkan kalau penulis model saya yang baru bisa menulis malam hari, karena keterbatasan kemampuan menulis, bisa-bisa menggeber menulis sampai pagi. Kemungkinan saya bisa drop dalam beberapa hari, dong. Atau melakukan aktivitas setengah sadar semacam zombi, oh tidak! 

Seorang mentor dan komunitas blogger yang mendukung pertumbuhan pribadi, sekaligus pertumbuhan blog tentunya

Nah yang ini adalah hal yang akan jadi prioritas saya. Tidak sebatas rajin mengunjungi blog-blog favorit dari blogger profesional idaman, tapi saya juga harus aktif berinteraksi dan sedapat mungkin bergabung dengan komunitas blogger.

Semangat!!



Comments

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)