Skip to main content

Sesudah Memaafkan, Bisakah Melupakan?

Jawabannya: tergantung.

Menurut sebuah artikel dari PsychCentral, memaafkan adalah salah satu skill yang harus dimiliki demi kehidupan yang damai, hubungan yang langgeng, dan pikiran yang tenang. Tapi memaafkan bukan berarti harus melupakan.

Haruskah Memaafkan?

Dalam ajaran islam, memaafkan adalah suatu bentuk kemurahan hati. Karena pada dasarnya setiap orang diberikan hak untuk membalas perbuatan buruk dengan perbuatan yang setimpal, tetapi sikap memaafkan adalah lebih utama. Dengan memaafkan seseorang yang mendhalimi kita, Allah menaikkan derajat kita lebih baik dari yang menyakiti kita. 

Dua Jenis Memaafkan

Kembali ke artikel di atas, seseorang bisa lebih mudah melupakan kesalahan orang lain dan melupakannya jika telah memaafkan secara ihlas, atau disebut emotional forgiveness. Jenis memaafkan seperti ini merupakan kemampuan mengubah perasaan negatif yang timbul karena perlakuan buruk yang diterima, menjadi perasaan positif seperti simpati, kasih/kasihan, atau empati.

Artinya, kita bisa memaafkan lalu melupakan jika tidak hanya kita sudah tidak merasakan perasaan negatif karena tersakiti, tapi justru berbalik merasa mengasihani orang yang menyakiti kita. Mungkin kita pernah mengalami yang seperti ini, misalnya kita memaklumi latar belakang perbuatan buruk seseorang kepada kita, ditambah dengan melihat penyesalan yang nyata dari orang tersebut.

Berbeda dengan memaafkan secara logis, atau disebut decisional forgiveness. Jenis memaafkan seperti ini adalah sebuah keputusan taktis melepaskan diri dari rasa sakit karena perlakuan buruk, menjadikannya sebagai bagian dari masa lalu, dan melanjutkan hidup alias move on.

Jika Sudah Memaafkan, Apakah juga Harus Melupakan?

Jika kita sudah memaafkan, sekaligus melupakan kesalahan orang lain terhadap kita, artinya kita sudah bisa berlalu dari masalah itu, tidak lagi dipengaruhi oleh akibatnya, dan tidak lagi memikirkannya.

Melupakan kesalahan orang lain tidaklah mudah. Jika demikian, alternatif sikap yang baik adalah mengambil pelajaran dari kejadian buruk yang terlah berlalu tersebut. Harapannya kejadian yang sama tidak akan berulang, dan jika berulangpun, kita sudah tahu bagaimana cara menyikapinya dengan lebih baik. 

Dalam kasus-kasus tertentu, jangankan melupakan, untuk memaafkan saja sangat sulit. Pemberian maaf kadang malah menjadi bentuk penerimaan perbuatan buruk seseorang pada kita. Akibatnya, perbuatan buruk itu terus berlanjut, atau berulang, dan akibatnya kita jatuh ke dalam lingkaran masalah tanpa akhir. Misalnya dalam sebagian besar kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). 

Bahkan setelah terlepas dari hubungan buruk, misalnya yang melibatkan KDRT, memaafkan adalah hal yang sulit, kalau bukan tidak mungkin. Untuk berlalu dari akibat buruk dan trauma, pilihan yang ada adalah sikap menerima apa yang sudah terjadi sebagai sesuatu di luar kendali kita, dan sudah tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubahnya. 

Kalau Masih Mengingatnya, Artinya Belum Memaafkan?

Tidak juga. Memaafkan bukan hal yang mudah, tetapi sesulit apapun memaafkan adalah lebih baik untuk kesehatan mental. Lebih jauh artikel tersebut mengutip hasil penelitian yang membuktikan bahwa sikap memaafkan memperbaiki psikologis sesorang karena mengurangi kemungkinan depresi maupun kecemasan. Lebih jauh, sikap memaafkan juga memperbaiki kondisi fisik, mengurangi risiko rentan rasa sakit. Sebaliknya, terus menerus menyimpan rasa sakit hati menaikkan risiko penyakit jantung dan darah tinggi!

Secara lebih konkrit, artikel tersebut juga menyebutkan manfaat memaafkan sebagai berikut:

  1. Memaafkan memperbaiki kesehatan psikis, karena memaafkan seseorang artinya kita tidak lagi menyimpan kemarahan atau kebencian terhadapnya. Dengan begitu kita terhindar dari kemungkinan stress, atau kecemasan berlebihan yang akan mengakibatkan depresi.
  2. Memaafkan tidak berarti harus melupakan, ingat apa yang telah terjadi sebagai sebuah pelajaran yang berharga, supaya kita lebih tahan terhadap kemungkinan kejadian serupa berulang di kemudian hari.
  3. Memaafkan bisa jadi merupakan penguat hubungan kita dengan seseorang. Rasa penyesalan yang mendalam diiringi dengan sikap memaafkan yang tulus, tentu akan menjadikan pengalaman buruk yang terjadi sebagai aral yang mendewasakan sebuah hubungan. Pengalaman yang menambah ketahanan sehingga kebersamaan semakin solid, jelaslah sikap dapat memaafkan pasangan sangat penting dalam hubungan suami istri. 
  4. Memaafkan juga berdampak positif pada kesehatan tubuh. Seperti sudah banyak diketahui, stress yang menciptakan masalah psikis juga berakibat buruk pada kesehatan tubuh. Jika dengan sikap memaafkan kita bisa mengurangi risiko stress, artinya kita terhindar dari masalah kesehatan ikutan dari stress, semisal penyakit jantung dan hipertensi.

Sikap Memaafkan dan Mengambil Hikmah

Jelaslah bahwa memaafkan itu lebih baik, dan kita perlukan demi kebaikan diri kita sendiri. Sedangkan melupakan, adalah sebuah pilihan, tidak harus bahkan tidak perlu.

Tidak melupakan dalam hal ini berarti kita mengambil pelajaran atau hikmah dari apa yang terlah terjadi. 

Bagaimana caranya?

  1. Menentukan dan mengurai apa yang telah terjadi. Cobalah merinci secara spesifik perbuatan atau perkataan mana yang membuat kita tersakiti. Mana yang bisa kita tolerir, dan mana yang tidak. Ada sikap yang murni merupakan reaksi dari sikap seseorang, ada pula sikap kita yang memang sudah bagian dari kepribadian kita sendiri, yang tentu saja tidak sempurna. 
  2. Memahami bahwa memaafkan membutuhkan proses, dan proses itu bisa memakan waktu.
  3. Memahami bahwa memaafkan seseorang lebih baik untuk kita sendiri, apalagi untuk seorang muslim, ingat keutamaan memaafkan di sisi Allah SWT.
  4. Jangan memaksakan diri untuk melupakan kesalahan orang lain, apalagi jika merasa itu tidak mungkin, karena memang tidak perlu!
  5. Ambil jarak, dan ubah perspektif. Jika memungkinkan, libatkan orang lain yang kita percaya untuk memberikan masukan, atau jika perlu, dapatkan bantuan klinis psikologis.
  6. Ingat bahwa hal yang sama mungkin berulang di kemudian hari. Tumbuhkan harapan bahwa jika kita belum bisa memaafkan pada kali yang pertama, kita bisa menjadi lebih baik jika masalah serupa kembali terulang di waktu lain atau dengan orang yang lain lagi.

Jadi jelas ya, memaafkan dan melupakan adalah dua hal yang berbeda, dan tidak harus kita lakukan keduanya apalagi dalam waktu yang bersamaan. Meskipun memaafkan itu sulit, ingatlah kebaikan-kebaikannya untuk diri kita sendiri. Dan jika kita tidak bisa melupakan, tidak apa karena itu tidak perlu! Ingatlah sebagai pelajaran untuk hidup kita ke depan.

Ditulis dalam rangka meramaikan Blogging Challenge, Ngeblog Asyik Bareng KEB.

Comments

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Cerita Kelahiran Raika

Alhamdulillah....akhirnya saya menjadi ibu juga. Si neng lahir hari Jumat 5 Desember 2008, Berat Lahir 3.512kg Panjang Badan 51 cm, dan kami namai RAIKA 来香 . Sayang sekali proses kelahirannya tidak mendapatkan liputan yang layak