Skip to main content

Tentang Supermom

Gambar diambil dari sini
Beberapa hari lalu, sempat membaca tulisan tentang "menyerah menjadi Supermom" demi menjadi ibu yang lebih lembut dan bahagia. Sedikit banyak saya merasa senafas dengan tulisan-tulisan tersebut, lalu merasa perlu "ikut nimbrung" menulis tentang Supermom.

Siapa siy Supermom itu? kesan yang saya dapat dari tulisan-tulisan tersebut adalah Ibu yang melahirkan natural, memberi ASI 2 tahun penuh, lalu MPASI rumahan tanpa garam dan gula, dan mendampingi anak dalam kesehariannya (dan lain-lain). Mungkin kesannya Supermom dekat dengan mereka yang menyandang status Ibu Rumah Tangga, tapi kalau melihat "job descriprion" atau tugas-tugas supermom diatas, siapa saja sebenarnya bisa menjadi Supermom dan sebaliknya, tidak semua Ibu Rumah Tangga bisa jadi Supermom.

Lalu apa hubungannya antara "menyerah menjadi Supermom" dengan "menjadi ibu yang lebih lembut dan bahagia"?.Hubungan ini tidak hanya muncul di tulisan yang saya baca, tapi juga muncul di pamflet seminar parenting dari sekolah si Kakak, istilah Jepangnya ”良い母より、ご機嫌な母ちゃんに!” yang artinya kurang lebih sama, ketimbang menjadi ibu sempurna, lebih baik menjadi ibu yang ceria.

Ada satu yang mengganjal dari korelasi ini, apakah dengan menyerah mengusahakan melahirkan normal, tidak memberikan ASI, membeli MPASI dari pabrikan, menyerahkan pengasuhan anak kepada pembantu atau Daycare, lalu serta merta para Ibu menjadi lembut dan bahagia? okelah, taruhlan Ibu diberi waktu (dan uang) untuk memanjakan diri atau melakukan hobi (istilah kerennya Me Time), lalu apakah Ibu akan menjadi bahagia dan selalu tersenyum setiap saat?

Tentu saja tidak! (kyaaa keluar lagi iklan obat cacing!). Mengapa? karena para Ibu itu sudah cukup informed bahwa melahirkan natural (kalau lancar) memberikan lebih sedikit stress pada janinnya, begitu pula ASI (kalau rejeki cepat keluar dan cukup jumlahnya) memberikan manfaat yang lebih unggul dari sufor, juga MPASI rumahan (kalau dibuat sesuai dengan instruksi ahli gizi) lebih terjamin kualitasnya karena ibu sendiri yang menjamin kualitasnya. Ibu mana yang tidak ingin memberikan yang terbaik pada anak-anaknya? sampai-sampai memaksakan diri dan jatuh kepayahan, stress atau sakit, itulah seorang ibu. Lalu dengan menyerah, alih-alih merasa bahagia dan lebih banyak tersenyum, maka dijamin para ibu akan lebih stress. Bukan karena gagal jadi Supermom, tapi karena didera kekhawatiran apakah anaknya akan baik-baik saja? ditambah rasa bersalah, kok aku tidak bisa mengusahakan yang terbaik buat anak-anak? si anu bisa! si ini bisa! si ani bisa!

Menjadi Supermom bukan tujuan para ibu berpayah-payah demi anak tercinta, tapi karena mereka tau apa yang terbaik buat anaknya. Sumber rasa lelah dan stress para Supermom itu bukan karena menjadi Supermom itu susah, tapi karena merasa mengupayakan yang terbaik bagi pertumbuhan anak-anak adalah tugas seorang IBU SAJA! 

Merawat dan mendidik anak bukan hanya tugas seorang Ibu, tapi juga tugas Ayah, Kakek Nenek, Saudara dan Saudara Ipar, Paman dan Bibi, Tetangga dan Komunitas Ibu, Komunitas Sekolah dan Para Guru, Penduduk Sedesa (se Provinsi se Negara), Perusahaan dan juga Pemerintah! Anak-anak adalah masa depan, mereka adalah penerus, calon orangtua, calon guru, calon tentara, calon dokter, calon menteri, calon presiden dan lain-lain (maaf gak semua profesi bisa kesebut) di masa depan! Sudah selayaknya para ibu ditutut menjadi Supermom! Tapi bukan hanya para Ibu, kita semua dituntut untuk mendukungnya, membantunya, memudahkan usahanya sehingga mereka tidak kelelahan, tidak kepayahan, tidak stress!

Menjadi Supermom akan lebih mudah kalau didampingi Super Dad, dibantu Super Grandma/Grandpa, disemangati sesama Supermom, dimudahkan oleh Super Corporations dan diayomi oleh Super Government! kalau semua sudah menjadi super, maka siapa yang akan tersenyum? tentu saja anak-anak kita! dan sungguh melihat anak-anak tumbuh besar dan ceria, maka kita, orang dewasa dan terutama orangtua dengan sendirinya akan ikut lega dan tersenyum juga bukan???

Salam Supermom! (ngaku-ngaku.com)

Comments

  1. Salam super mom (ikut2an ngaku pdhl abis ngasi sarapan bubur ayam mamang2 yg penuh micin untk anak umur 15 bln:-p)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah seangkatan niy anak kita, yang kecil 14 bulan. mpasi pabrikan disini no micin no food additive no preservant tapi bablas, not halal hiks. nasiiiib. sufor juga sama, susah dapet yang halal :( supermom kepaksa jadinya :p

      Delete
  2. Mari jadi supermom yang sesuai dengan kondisi kita masing-masing... jangan jadikan orang lain sebagai ukuran....hiyaaaa... semangat hihihi

    ReplyDelete
  3. karena ada grupnya, dulu bayanganku supermom itu ibu bekerja yang juga rempong urus ASI MPASI dsb...ternyata ibu di rumah juga ya...
    ngga mau jadi super2an...jadi manusia biasa aja sesuai kodrat sejatinya...nanti kalah sama kryptonite...hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. ada ya? ga ngerti juga cuma ikutan ngeramein aja hi3. jangan super2an emang, supet beneran aja *maksaaaa

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)