Skip to main content

Bukan GaTek, tapi LoTek!

Saya bukan gak ngeh sekarang alat-alat rumah tangga sudah elektrik, robotik dan canggih. Saya juga kadang "main" ke rumah tetangga dan celingak celinguk melihat perabotan mereka. Saya juga rajin mampir ke home center dan gak pernah lewatin info barang rumah tangga baru di TV maupun di selebaran koran. Tapi sampai saat ini, ada beberapa alat bantu rumah tangga yang tetap non elektrik tapi berfungsi maksimal setiap hari.



Apa itu? sapu dan pengki! Meskipun saya punya vacuum cleaner, dan steam cleaner, tetap saja sapu dan pengki lebih sering saya gunakan. Alasannya, ringan, tanpa listrik (hemat) tanpa berisik, dan gak ribet keluar masukinnya. Berikut beberapa koleksi sapu dan pengki (plus bonus kemoceng!) yang saya gunakan di rumah.

Sapu sekaligus kain pel yang digunakan setiap hari, satu set dengan kemocengnya. Kotoran menempel seperti tertarik magnet, bisa dicuci dengan detergen khusus (paling setahun 2 kali nyucinya juga), dijemur hingga kering, lalu dikasih spray khusus juga dan diangin-anginkan dan siap digunakan kembali. Kotoran yang dikumpulkan sapu ini bisa diserok ke pengki, atau kalau halus saya vacuum juga dengan hand vacuum cleaner  (penyedot debu mini) yang ringan.


sapu andalan, semua kotoran nempel!

satu set dengan kemocengnya
Kemudian sapu plastik, khusus untuk membersihkan tatami. Setiap helainya pas masuk ke sela-sela anyaman tatami, sehingga semua kotoran dan debu tersapu bersih. Sama seperti pel diatas, kotoran yang terkumpul diserok ke pengki atau disedot hand vacuum cleaner.

sapu plastik kaku untuk lantai tatami

Lalu satu set sapu dan pengki untuk membersihkan lantai genkan (tempat sepatu boleh di bawa masuk ke rumah).

sapu merang yang halus untuk meyapu lantai genkan


Sapu lidi dan pengki kaleng untuk di kebun. Sapunya bergagang panjang, dan pengki kalengnya unik karena terbuka dan tertutup secara mekanik. Kalau pengki diletakkan di lantai, dia otomatis terbuka dan kalau dijinjing langsung terkatup sehingga kotoran yang diserok ke dalam pengki tidak berjatuhan. Saya bebas menjinjing sapu dan pengki "mengunjungi" tempat-tempat yang harus disapu, lalu tinggal menuang dedaunan kering di tong sampah.

sapu lidi dan pengki buka tutup

Terakhir, satu set sapu dan pengki sangat mini. Benar-benar bermanfaat buat saya yang terus-terusan ada anak kecil di rumah. Sebentar-sebentar pasti ada aja yang tumpah, entah di atas lantai, di atas meja, bahkan di atas kasur. Nah, tugas si sapu dan pengki ini untuk membersihkannya. Saat harus membersihkan remahan roti di oven toaster , si sapu dan pengki mini inilah andalan saya, karena bisa diajak nyempil ke sela-sela bagian dalam oven.

mini banget, lebih pendek dari sendok makan!

Menurut buku panduan bersih-bersih yang saya pakai di rumah, saat paling pas membersihkan debu atau kotoran di rumah adalah saat orang lain penghuni rumah belum bangun (pagi-pagi buta) atau saat kita baru pulang ke rumah (bisa tengah malam kan ya kalau sibuk lembur di kantor misalnya). Kenapa? karena saat tidak ada penghuni rumah yang aktif bergerak, debu dan kotoran tidak punya tumpangan lagi, mereka turun ke lantai, saat mereka tak berdaya inilah saat paling tepat untuk kita menumpasnya! Makanya sapu dan pengki yang low technology inilah yang paling bermanfaat, karena tidak berisik, tidak membangunkan penghuni rumah atau tetangga, kan?

Jadi kalau mampir ke rumah melihat saya masih menyapu dengan sapu, itu bukan karena saya GaTek (Gagap Teknologi) tapi itu karena saya suka yang LoTek (Low Technology).



Comments

  1. yang lotek itu lebih hemat listrik yah Mba :)

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. ah.. ku kira lotek makanan mba..he2, rajin banget bersih2 ya.. kalo aku super duper males... biar hemat energi semua.. #yg diatas bnyak typo mba..maka ku apus..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha...saya juga doyan lotek yang makanan. Soalnya ada bayi, mbak...jalan kemana-mana apa-apa dipungut dimasukin ke mulut :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)