Skip to main content

Masaknya Gampang tapi Suami Senang

ļ»æ
Masakan kesukaan suami saya adalah, steak dan ayam panggang.
Khusus ayam panggang, senengnya ayam yang bertulang, maksudnya bukan fillet ayam. Katanya daging yang dekat tulang itu lebih gurih. Sayangnya kalau mau ayam utuh, sayap ayam atau drumstick tidak selalu ada di supermarket dekat rumah. Sementara fillet ayam khususnya bagian paha, tersedia banyak dan murah.
 
Kemarin tidak sengaja ketemu daging paha ayam di supermarket. Satu pack isi 5 buah, besar-besar! langsung deh dieksekusi menggunakan resep yang ini . Sebelum dibumbui, ayam ditusuk-tusuk dengan pisau di beberapa tempat, supaya bumbu mudah meresap dan lekas matang.
 
Walaupun kesannya dipanggang tapi sebenarnya tidak. Ayam dipanaskan di wajan yang sudah diolesi minyak tipis-tipis (menggunakan kuas) sampai seluruh kulit ayam berwarna kecokelatan, tuangi bumbu marinade, tunggu sampai mendidih, kecilkan api lalu tutup dan biarkan selama 20 menit. Balik ayam lalu tutup kembali dan biarkan 10 menit, tambahkan sedikit saja air panas jika saus kurang. Untuk mengecek ayam sudah matang atau belum, tusuk bagian sendinya dengan tusuk gigi, kalau cairan yang keluar bening berarti sudah matang.
 
Sajikan dengan salad sayuran dan salad kentang atau kentang rebus, siram dengan saus yang tersisa di wajan. Saya selalu siap salad sayuran di kulkas, jadi hanya tinggal merebus kentang, terus minta bantuan si Kakak menumbuk kentang sambil menunggu ayam matang. Begitu disajikan suami langsung bilang, "waaah makan besaaaar!". Alhamdulillah.
ļ»æ

 

tampilan kemasan paha ayam, beli di Gyomu
 

Insya Allah Halal


Comments

  1. Iya ya.. Ngintip resep marinadenya kayaknya gampang. Bisa pake kecap asin, madu sama cuka biasa aja kan ya.. Gw pernah pake bumbu barbeque, madu sama jeruk nipis.. Ngiler smash potatonya juga tp ga selalu stock mustard sm mayonaise di rumah :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya simpel banget, kadang gue cuma lemon, garem, madu, lada hitam, minyak zaitun...udah enak. Mashed potato pake garem gula aja ok, kan ada saus ayamnya he3. Masaknya juga cuma gosongin kulit ayam, tutup terus diemin ampe mateng, gak repot manggang2 :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b...

Mak Rempong dan SIM Jepang

Buku-buku materi kursus mengemudi Alkisah, saya seorang Mak Rempong di usia 40-an dengan 3 orang anak (9 tahun, 5 tahun, dan 2 tahun) merengek meminta Me Time ala Mamah Muda kepada suami. Suami menyambut gembira, bersedia menjaga anak-anak di rumah, tapi me time yang ditawarkan adalah kursus mengemudi!

Menyepi di Pusat Ginza

  I  have come a long way. Seharusnya ada banyak tulisan yang mendahului tulisan ini, karena saya terbiasa untuk bercerita runut, semacam OCD dalam kegiatan ngeblog . Tapi tulisan ini tidak bisa menunggu. lorong yang panjang menuju cafe, diambil dari tabelog Akhirnya hari ini saya memasuki lorong itu. Sebuah lorong kecil menuju sebuah cafe yang luas, dalam sebuah gedung menghadap perempatan Ginza yang ramai. Hari Sabtu, Ginza dibebaskan dari kendaraan yang biasaya berlalu-lalang dengan sibuk. Semacam car free day di Jakarta. Dan dari sudut cafe yang menghadap jendela besar ini, saya bisa mengamati tindak tanduk para wisatawan pejalan kaki, yang asik berfoto, berdiri tercenung menatap peta di layar smartphone , atau yang berjalan mantap menuju tempat tujuannya. Mengapa Ginza? Ah, panjang sekali ceritanya. Singkatnya, Pada suatu hari saya terpikir untuk bekerja paruh waktu. Setelah berpuluh tahun berkutat dengan hobi yang melulu di rumah, saya memutuskan...