Skip to main content

Gardening; antara impian dan kenyataan (1)

Denah dan Perencanaan Halaman
Melanjutkan cerita berkebun sebelumnya, setelah selesai memanen cabe dan tomat, plus membabat rumput, barulah kami memikirkan tentang gardening. Sebenarnya saya tidak terlalu bersemangat, mengingat kebun memerlukan pengetahuan, tenaga, waktu...daaaaan uang!.
Tapi setelah kami kewalahan karena rumput liar yang tumbuh subur sepanjang musim panas, belum debu yang beterbangan saat angin kencang, juga air hujan yang menciprati separuh jendela dengan lumpur, akhirnya kami mulai secara serius mempertimbangkan gardening.


Saya mulai mengumpulkan buku tentang gardening dari perpustakaan, rajin browsing blog berkebun, melihat-lihat halaman tetangga dan tentu saja berkonsultasi dengan tetangga saya yang katanya sudah berpengalaman berkebun lebih dari 7 tahun. Kebetulan suami tetangga saya itu hobi bertukang, jadilah pasangan suami istri itu membantu kami merencanakan mau diapakan halaman kami. Sang istri akan membantu memilihkan jenis tanaman dan desain taman, sedangkan sang suami akan membantu membuatkan pargola atau wood deck jika kami sudah siap dana untuk membeli materialnya saja. Sayangnya karena mereka berdua bekerja jadi kami harus sabar menanti untuk bertemu dan berkonsultasi langsung.

Tapi saya tidak sabar menanti, sehingga saya berinisiatif memasang konblok di jalan masuk dari carport sampai pintu rumah, habisnya saya sudah tidak tahan debu dan lumpur! Di Jepang biasanya sepatu dan sendal dibawa masuk, dilepas di area antara pintu masuk dan lorong rumah,  namanya genkan yang lantainya lebih rendah dari lantai rumah. Nah sepatu dan sendal yang membawa lumpur dan debu dari jalan masuk itu yang membuat sepet mata saya, karena melihat genkan yang selalu ledug!


mulai bertukang, menghampar terpal anti rumput liar


Pilihan desain dan bahan dilakukan setelah  mempertimbangkan seandainya nanti kami punya mobil lalu tamu berkunjung membawa mobil, seharusnya jalan masuk bisa jadi area parkir juga. Maka saya pun mulai membeli konblok, batu split dan pasir. Mengikuti instruksi do-it-yourself di homepage home center (semacam toko bahan bangunan), mulailah saya mengerjakan bagian Area 1 dan Area 3. Alhamdulillah meskipun saya memasang konblok asal saja, sudah terbukti tahan diparkiri satu mobil (kecil). Horeeeee!



Berikut foto hasil akhir pemasangan konblok ala saya:


Pemasangan konblok di Area  3 selesai


Area 1 selesai, dilihat dari Area 2

Masalahnya saya mengerjakan konblok ini tanpa perencanaan secara menyeluruh tentang seperti apa taman dan kebun yang saya inginkan, akibatnya teman saya kemudian kebingungan mau dibikin model apa tamannya nanti. Susahnya kalo jadi orang tidak sabaran dan selalu berpikir pragmatis saja. Tapi belum terlambat, saya sekarang semakin rajin membaca buku tentang garden planning, sambil sedikit-sedikit menanami halaman saya.

Bersambung:

Gardenging; antara impian dan kenyataan (2)

Gardening; antara impian dan kenyataan (3)

Comments

  1. dulu sy juga berkebun disamping rumah, tapi rumputnya ganas2 mak, dicabut hari ini besok tumbuh lagi, dicabut lg tumbuh lagi. akhirnya nyerah. sekarang menanam bunga saja dipot depan rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya memang mereka super power! saya pakai karpet anti rumput, itu aja masih suka nyempil2 dari pinggirannya, makasih dah mampir :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)