Skip to main content

Ayo Melek Finansial: Kenali Risiko dan Pola Konsumsi pada Setiap Fase Kehidupan

Fase kehidupan manusia yang umum adalah dilahirkan, tumbuh sebagai anak-anak, menjadi dewasa lalu menikah dan hidup berkeluarga, kemudian menua dan akhirnya meninggal dunia. Begitu seorang bayi lahir, dia sudah memerlukan makanan, pakaian dan tempat bernaung, tidak memandang apakah orangtuanya kaya atau miskin. Kemudian memerlukan biaya sekolah, biaya berobat jika sakit, dan tetap memerlukan biaya hidup meskipun sudah pensiun dan tidak bekerja atau memiliki penghasilan lagi.

Pendek Umur maupun Panjang Umur ada Risikonya

Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2012, harapan hidup saat dilahirkan untuk orang Indonesia adalah 69 tahun. Kita tidak tahu apakah kita akan hidup sampai usia 69 tahun, atau malah panjang umur hingga misalnya mencapai usia 80 tahun. Risiko seandainya kita pendek umur, tentu kita menghawatirkan kesejahteraan hidup keluarga yang kita tinggalkan. Siapa yang akan menanggung biaya hidup dan biaya sekolah anak-anak kita hingga mereka bisa dewasa dan dapat menghidupi dirinya sendiri? Begitu juga jika misalnya kita panjang umur, hidup di usia pensiun yang panjang. Dengan uang tabungan yang tidak seberapa, sering sakit-sakitan, tentu kita tidak ingin membebani anak-anak kita yang mungkin sudah berkeluarga dan memiliki tanggung jawab masing-masing bukan?.


Kebutuhan Hidup yang Tinggi justru pada Masa Non-Produktif

Secara garis besar, dalam 69 tahun harapan hidup tersebut kita memiliki dua fase non produktif yaitu pada masa kanak-kanak (usia 0-19 tahun) dan masa setelah pensiun (usia 55-69 tahun) dan satu fase produktif yaitu dapat bekerja dan memiliki penghasilan  (usia 20-55 tahun). Sayangnya, justru di dua fase non produktif itulah pola konsumsi menjadi tidak berimbang karena biaya hidup lebih besar dari pendapatan. Di masa kanak-kanak kita memerlukan biaya pendidikan yang tidak sedikit, sedangkan di masa setelah pensiun maka giliran kebutuhan perawatan kesehatan dan pengobatan yang semakin membengkak.

Masa Produktif pun Memiliki Risiko

Pada masa produktif saat kita bisa merasa sedikit "longgar" dan dapat menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk menabung pun bukan berarti tidak ada risiko lho! Selama 69 tahun masa hidup ada sebagian orang yang hanya sesekali saja sakit, sebagian lain lebih sering sakit, bahkan ada juga yang berpenyakit kronis dan sering kali kambuh. Sakit dapat mengganggu produktifitas dan kemampuan menghasilkan pendapatan bagi mereka yang berada di fase produktif. Selain itu ada juga risiko berkurangnya penghasilan misalnya seorang karyawan yang di-PHK, petani atau nelayan yang kesulitan karena hasil pertanian atau perikanan yang menurun karena pengaruh cuaca yang tidak menentu. Begitu juga  pengusaha yang dapat merugi karena iklim usaha yang sering berubah arah dan sulit diperkirakan. Belum lagi risiko kerugian yang menimpa rumah tinggal, kendaraan atau harta yang kita miliki, misalnya karena pencurian, kecelakaan atau musibah kebakaran, bahkan bencana alam.

Consumption Smooting atau Penyelerasan Konsumsi

ilustrasi penyelarasan konsumsi, dengan asumsi
usia pensiun 65 tahun.
sumber: value of lifetime resources
Setelah mengenali pola konsumsi sesuai fase kehidupan, tentu kita jadi bertanya, lalu bagaimana caranya menyelaraskan pendapatan supaya sesuai dengan turun-naiknya kebutuhan hidup?. Mari kita bayangkan jika misalnya kita mengetahui usia, jumlah pengeluaran yang dibutuhkan dan total pendapatan selama kita hidup. Maka kita tinggal menghitung berapa jumlah pengeluaran bulanan yang harus dikeluarkan supanya seluruh pendapatan dapat menutup kebutuhan. Mudah bukan?.

Kenyataannya, kita tidak dapat mematok pengeluaran secara tetap setiap bulannya, selain karena memang kebutuhan dan pendapatan yang tidak seimbang, juga adanya berbagai risiko baik yang ada pada fase produktif maupun non produktif. Sekalipun kita dapat memperkirakan berapa kebutuhan biaya sesuai standar hidup yang kita inginkan, siapa sih bisa menjamin kita akan memperoleh pendapatan yang stabil dan cukup untuk memenuhinya? apalagi soal umur, siapa yang tau berapa lama lagi kita akan hidup, selalu sehat dan dapat terus bekerja?

Salah satu cara penyelarasan konsumsi yang tepat adalah dengan memperhitungkan keseimbangan antara konsumsi dan pendapatan pada setiap fase kehidupan. Masa produktif saat kita dapat menabung dan berinvestasi harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Juga sikap berhati-hati dan cermat dalam memperkirakan risiko dan ketidakpastian yang kita hadapi supaya dapat kita kelola dengan baik. Kita memerlukan Produk Finansial, yaitu Produk Investasi untuk memaksimalkan tabungan di masa produktif dan Produk Asuransi untuk meminimalkan risiko, terutama pada masa-masa non produktif.  

Dimana Mencari Produk Finansial yang Tepat?

Pemerintah Indonesia menyediakan produk investasi untuk masa pensiun melalui program pensiun, walaupun belum mencakup seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan asuransi kesehatan, kita kenal dengan BPJS, yang dimulai 1 Januari 2014 kini sedang diupayakan dapat memperluas jangkauannya hingga dapat mencapai seluruh warga Indonesia. Semakin banyak yang terdaftar dalam asuransi kesehatan, maka program asuransi akan semakin efisien karena risiko akan ditanggung bersama oleh lebih banyak orang.

Tapi tentu saja pemerintah tidak dapat menyediakan seluruh kebutuhan produk investasi maupun asuransi yang sesuai dengan kebutuhan setiap warga negara. Karena walaupun pola konsumsi secara garis besar sama, tapi setiap orang memiliki nilai hidup dan sikap yang berbeda terhadap risiko yang dihadapinya. Disinilah peran lembaga keuangan dibutuhkan, baik bank maupun perusahaan asuransi, untuk menyediakan produk investasi dan produk asuransi yang beragam, masing-masing dirancang sesuai dengan kebutuhan nasabahnya.

Bahkan kini bank dan perusahaan asuransi bekerja sama untuk memberikan layanan terbaiknya.  Salah satunya Bancassurance, produk hasil kerja sama BNI dengan Sunlife Financial Indonesia. Jenis layanan sangat beragam, selain asuransi jiwa, juga menyediakan produk untuk memastikan biaya pendidikan anak-anak, biaya pengobatan jika sakit, bahkan perlindungan terhadap risiko penyakit kritis. Salah satu produk yang ditawarkan adalah BNI Academy Cash , layanan yang bukan hanya merupakan produk investasi tapi sekaligus  produk asuransi (asuransi unit link), berupa tabungan pendidikan untuk anak-anak dilengkapi pertanggungan asuransi jiwa bagi orangtua.

Banyak sekali pilihan produk investasi maupun asuransi lainnya yang tersedia. Ayo buka mata lebar-lebar untuk mencari dan memilih instrumen finansial yang dapat membantu kita menyeleraskan konsumsi dengan pendapatan demi masa depan yang lebih baik.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Caraka Kompetisi Menulis Blog 2014.


Referensi:

Sunlife Financial Indonesia
Data Indicator World Bank
Asuransi: Mana yang prioritas dan tidak
5 tips memilih asuransi yang baik
3 tips memilih asuransi unit link
5 tips menyusun rencana pensiun

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)