Skip to main content

(Jebakan) Kebahagiaan Kecil

Satu hal yang saya sadari merupakan "lubang" berbahaya dalam menjalani keseharian sebagai ibu rumah tangga adalah adanya jebakan2 yang berwujud "kebahagiaan kecil". Betapa saya cepat sekali puas mengakhiri hari hanya karena anak2 banyak makan, bisa nemenin mereka main dan hal2 temeh lainnya. Bahkan saya tidak malu merasa puas menghabiskan banyak waktu seharian hanya untuk membuat roti 



memasak yang agak istimewa buat suami,



mengajak anak2 mandi daun kering di seputar kampus Tokyo Geidai University yang cuma 3 menitan bersepeda dari rumah,




atau banyak2 bengong di depan layar komputer memilih bunga dan rerumputan untuk mengisi halaman rumah kreditan kami yang seuprit, mulai deh corat coret rencana mengisi halaman karena suami sudah selesai membuat pergola.




Lalu tanpa malu2nya saya berangkat tidur dengan hati puas, padahal ibu2 lain yang mengerjakan hal2 besar untuk anak2nya, keluarganya, orang2 di sekelilingnya atau malah untuk anak2 di seluruh sedunia mungkin masih tidak bisa berangkat tidur karena merasa upayanya belum maksimal. Hikkkssss......

Comments

  1. Aah, still the same old Nyai...
    You should make peace with yourself! :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b...

Mak Rempong dan SIM Jepang

Buku-buku materi kursus mengemudi Alkisah, saya seorang Mak Rempong di usia 40-an dengan 3 orang anak (9 tahun, 5 tahun, dan 2 tahun) merengek meminta Me Time ala Mamah Muda kepada suami. Suami menyambut gembira, bersedia menjaga anak-anak di rumah, tapi me time yang ditawarkan adalah kursus mengemudi!

Menyepi di Pusat Ginza

  I  have come a long way. Seharusnya ada banyak tulisan yang mendahului tulisan ini, karena saya terbiasa untuk bercerita runut, semacam OCD dalam kegiatan ngeblog . Tapi tulisan ini tidak bisa menunggu. lorong yang panjang menuju cafe, diambil dari tabelog Akhirnya hari ini saya memasuki lorong itu. Sebuah lorong kecil menuju sebuah cafe yang luas, dalam sebuah gedung menghadap perempatan Ginza yang ramai. Hari Sabtu, Ginza dibebaskan dari kendaraan yang biasaya berlalu-lalang dengan sibuk. Semacam car free day di Jakarta. Dan dari sudut cafe yang menghadap jendela besar ini, saya bisa mengamati tindak tanduk para wisatawan pejalan kaki, yang asik berfoto, berdiri tercenung menatap peta di layar smartphone , atau yang berjalan mantap menuju tempat tujuannya. Mengapa Ginza? Ah, panjang sekali ceritanya. Singkatnya, Pada suatu hari saya terpikir untuk bekerja paruh waktu. Setelah berpuluh tahun berkutat dengan hobi yang melulu di rumah, saya memutuskan...