Skip to main content

Ruangan serbaguna

Bulan mei lalu kami pindah ke rumah kreditan, alhamdulillah bisa punya ruangan ekstra, karena anak2 masih tidur bareng kita jadi calon kamar mereka bisa diberdayakan he3. Calon kamar Raika jadi ruang serbaguna. Saya jemur dan lipet cucian (ke depannya mudah2an bisa jahit menjahit lagi), sementara anak2 main. Semua buku dan mainan disimpen di sini, kecuali beberapa ada juga yang dibawa anak2 ke ruang tamu.


Namanya ruangan serbaguna, jadilah penggebuk kasur bersebelahan dengan xylophone :)

ļ»æ


Salah satu permainan yang paling panjang umur; Jual2an. Ceritanya ini meja kasir di supermarket.


Kerjaan kasir yang males ngitung, kembaliannya main tulis aja...menciptakan pecahan uang kertas baru he3...kasir apa pegawe bank sentral????
 

Dagangan plus kantong belanjaan, ada ukuran kecil, sedang, besar (dapet dikasih tetangga..alhamdulillah)
 
Mesin jahit dan perlengkapannya yang masih manyun di pojokan... 

Adek Taqwa yang lagi hobi manjat apa saja....biasanya keranjang cucian jadi kapal, ditaruh di atas kain yang udah disebarin ikan2an yang ceritanya laut, terus tuh anak 2 mancing deh pake sumpit yang diganduli magnet :)

Comments

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b...

Mak Rempong dan SIM Jepang

Buku-buku materi kursus mengemudi Alkisah, saya seorang Mak Rempong di usia 40-an dengan 3 orang anak (9 tahun, 5 tahun, dan 2 tahun) merengek meminta Me Time ala Mamah Muda kepada suami. Suami menyambut gembira, bersedia menjaga anak-anak di rumah, tapi me time yang ditawarkan adalah kursus mengemudi!

Menyepi di Pusat Ginza

  I  have come a long way. Seharusnya ada banyak tulisan yang mendahului tulisan ini, karena saya terbiasa untuk bercerita runut, semacam OCD dalam kegiatan ngeblog . Tapi tulisan ini tidak bisa menunggu. lorong yang panjang menuju cafe, diambil dari tabelog Akhirnya hari ini saya memasuki lorong itu. Sebuah lorong kecil menuju sebuah cafe yang luas, dalam sebuah gedung menghadap perempatan Ginza yang ramai. Hari Sabtu, Ginza dibebaskan dari kendaraan yang biasaya berlalu-lalang dengan sibuk. Semacam car free day di Jakarta. Dan dari sudut cafe yang menghadap jendela besar ini, saya bisa mengamati tindak tanduk para wisatawan pejalan kaki, yang asik berfoto, berdiri tercenung menatap peta di layar smartphone , atau yang berjalan mantap menuju tempat tujuannya. Mengapa Ginza? Ah, panjang sekali ceritanya. Singkatnya, Pada suatu hari saya terpikir untuk bekerja paruh waktu. Setelah berpuluh tahun berkutat dengan hobi yang melulu di rumah, saya memutuskan...