Skip to main content

Justru Karena Kita Perempuan Maka Kita Harus Melek Finansial!

Indikator World Bank tentang harapan hidup orang Indonesia menunjukkan 69 tahun untuk laki-laki dan 73 tahun untuk perempuan. Di sisi lain perempuan rata-rata memiliki penghasilan yang lebih rendah daripada laki-laki. Perempuan juga adalah caregiver yang utama, merawat anak-anak lalu kemudian merawat orang tua, dan terakhir merawat sang suami. Konsekuensinya, tak jarang kita melihat perempuan yang harus hidup sendiri di masa tuanya, tanpa mendapat perawatan yang layak, padahal seluruh hidup telah didedikasikannya untuk merawat orang-orang terkasihnya.

Gambar diambil dari Huffington Post
Fiancial Literacy atau Melek Financial bagi wanita merupakan salah satu target penting kebijakan pemerintah di negara-negara maju. Selain hal-hal seperti rendahnya penghasilan, sikap tidak disiplin anggaran dan malas menabung, perempuan juga mengalami masalah finansial karena perceraian atau suami meninggal terlebih dahulu. Oleh karena itu perempuan harus melek finansial baik sebelum apalagi sesudah menikah.

Melek Finansial Sebelum Menikah

Tak bisa dipungkiri, membahas masalah finansial sebelum menikah merupakan hal yang sensitif. Tapi bukankah sudah rahasia umum bahwa kebanyakan kasus perceraian pemicunya adalah masalah finansial? Dalam sebuah artikel berjudul Marriage of Love and Money: How to Protect Yourself from Financial Heartbreak, Manisha Takhor, pendiri sekaligus CEO Moneyzen Wealth Management menyarankan perempuan melakukan 4 hal ini sebelum memutuskan menikahi pasangannya:
  1. Ketahui profil finansial calon pasangan, apakah ia cenderung boros atau cermat membelanjakan uangnya, apakah ia memiliki hutang dan lain sebagainya.
  2. Biasakan untuk terbuka ketika berbicara tentang masalah finansial, terutama yang berhubungan dengan rencana panjang, misalnya program pensiun. Pelajari dalam hal apa saja kita memiliki kecocokan atau lebih penting lagi apakah ada perbedaan sudut pandang.
  3. Jika kita menyadari ada masalah finansial tetapi masih sepakat untuk melanjutka pernikahan, ada baiknya mempertimbangkan membuat perjanjian pemisahan harta sebelum menikah.
  4. Jika merasa perlu, jangan sungkan mencari bantuan tenaga profesional yang dapat menemukan titik keseimbangan antara anda dan calon pasangan, sehingga tidak ada yang merasa tersinggung atau dirugikan.
Melek Finansial Sesudah Menikah

Mungkin sulit untuk pasangan yang belum menikah untuk mengikuti saran diatas. Bukankah pernikahan diawali niat yang suci dan tulus untuk membina keluarga yang bahagia, tanpa dibayangi kekhawatiran apalagi ketakutan masalah kesulitan finansial di masa yang akan datang? Tapi sikap enggan atau merasa tidak perlu tahu masalah keuangan, apalagi jika hanya suami saja yang berpenghasilan, harus dilawan perempuan jika ia sudah menikah dan mengurusi keuangan keluarga. Karena umumnya perempuanlah yang memegang kendali menjalankan kebijakan strategis demi menjamin kemaslahatan keluarga, bukan hanya yang menyangkut keseharian saja seperti belanja sandang pangan dan keperluan rumah, juga masalah jangka panjang seperti perawatan kesehatan keluarga dan pendidikan anak-anak.

Dalam sebuah artikel majalah Forbes, penulis mengungkapkan sedikit sekali para istri yang dapat menjawab dengan jelas ketika ditanya, tahukah  anda rekeing tabungan, kartu kredit maupun investasi suami? diatasnamakan siapa? berdua sebagai suami istri atau hanya suami saja? berapa hitungan hutang dan cicilan pembelian rumah yang kalian miliki? berapa gaji pokok, bonus, tunjangan dan iuran pensiun suami? bahkan untuk pertanyaan standar, berapa pengeluaran rata-rata keluarga perbulan?

Hal ini menunjukkan banyak perempuan yang telah menikah juga tidak melek finansial. Penyebabnya tidak melulu karena rendahnya tingkat pendidikan perempuan, tetapi lebih kepada hambatan dari dalam diri perempuan itu sendiri yang merasa tidak percaya diri untuk mengelola keuangannya secara lebih profesional dan mandiri. Pengertian melek financial atau Financial Literacy yang dimaksud penulis adalah, kemampuan menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola keuangan secara efektif demi mencapai kesejahteraan finansial seumur hidup.

Disiplin Anggaran, Giat Menabung dan Terampil Berinvestasi

Langkah awal melek finansial adalah memiliki keterampilan mengelola keuangan keluarga. Antara lain disiplin anggaran, dengan membiasakan merencanakan pengeluaran dengan cermat, jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. Lalu merencanakan tabungan misalnya untuk pengeluaran yang nilainya besar atau untuk berjaga-jaga jika ada biaya darurat atau pengeluaran tak terduga. Termasuk menabung disini juga mencakup penetapkan pengeluaran untuk membayar premi asuransi yang dianggap penting dan menjadi prioritas keluarga. Misalnya asuransi jiwa dan tabungan pendidikan anak-anak.

Langkah selanjutnya yang sangat penting adalah terampil berinvestasi. Mengapa penting? karena kita harus memastikan nilai tabungan kita tidak tergerus inflasi! Betapa kecewanya jika tabungan yang susah payah kita kumpulkan ternyata tidak pernah cukup untuk membeli barang yang kita idamkan, karena harganya yang terus menerus naik. Perhatikan tingkat suku bunga deposito dibandingkan dengan tingkat inflasi di Indonesia, tidak terpaut jauh bukan? kalau melihat tingkat inflasi yang sering dipengaruhi pola musiman seperti lebaran, natal dan tahun baru (apalagi setelah pengumuman kenaikan BBM!), maka tidak jarang tingkat inflasi lebih tinggi daripada bunga deposito!

Maka penting sekali untuk selalu mengumpulkan informasi dan memilih produk asuransi dan investasi tepat, silakan kunjungi website Sun Life Financial Indonesia atau untuk memperoleh tips pengelolaan keuangan keluarga di http://brighterlife.co.id/ . Perempuan Indonesia, ayo melek finansial demi kesejahteraan finansial kita seumur hidup!

Tulisan ini diikutsertakan dalam Caraka Kompetisi Menulis Blog 2014.


Referensi
http://data.worldbank.org/indicator/SP.DYN.LE00.FE.IN
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx
http://pusatdata.kontan.co.id/bungadeposito/
http://www.sunlife.co.id/indonesia?vgnLocale=in_ID

Comments

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Cerita Kelahiran Raika

Alhamdulillah....akhirnya saya menjadi ibu juga. Si neng lahir hari Jumat 5 Desember 2008, Berat Lahir 3.512kg Panjang Badan 51 cm, dan kami namai RAIKA 来香 . Sayang sekali proses kelahirannya tidak mendapatkan liputan yang layak

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.