Skip to main content

Menu (sok) India

Nasi Saffran Kismis

Bahan:

3 cup beras, dicuci, tiriskan
1 buah bawang bombay ukuran sedang, cincang
Saffran, sejumput
Kismis, sesuai selera
Bumbu: garam, gula, lada, sesuai selera
Daun ketumbar, dirajang, untuk garnish
2 sdm mentega untuk menumis
1 kaldu ayam blok plus 500 ml air atau 500 ml kaldu rebusan ayam

Cara membuat:
1. Panaskan mentega, tumis bawang bombay hingga transparan
2. Tambahkan bumbu, saffran dan air kaldu, aduk2, dinginkan
3. Masukkan (2) bersama beras ke rice cooker, masak seperti biasa
4. Setelah matang, masukan kismis, aduk rata, saat menyajikan taburi daun ketumbar yang dirajang

Ayam Tandoori

Bahan:

1 lembar ayam boneless (paha or dada boleh), potong2 kira2 jadi 5-6 bagian
1 sdm bumbu tandoori (biasanya sudah jadi, saya suka merk Shan), kalo mau lebih pedas ditambah aja suka2
1 sdt jahe parut
1 sdt bawang putih parut
3-4 sdm yoghurt (plain)

Cara membuat

1. Campur semua bahan di atas ke dalam mangkuk, diamkan kira2 20 menit
2. Panaskan wajan, tata ayam di atasnya (bagian kulit di bawah), biarkan sampai kulit kecokelatan
3. Ayam akan mengeluarkan minyak, hati2 nyiprat!!!
4. Balik ayam dan tambahkan bumbu rendaman, kecilkan api, tutup dan diamkan hingga matang
5. Buka tutup wajan, besarkan api, balik2 hingga cairan menguap dan tinggal minyak saja.
6. Angkat ayam dan sisihkan

Samosa Kukus

Bahan

Kulit gyoza/siomay secukupnya
2 buah kentang ukuran besar, kukus, haluskan
1 sdt garam masala
3 sdm kacang polong beku
1/2 gelas air panas

Cara membuat

1. Campur kentang kukus yang sudah dihaluskan dengan garam masala dan kacang polong
2. Bungkus dengan kulit gyoza
3. Panaskan wajan berminyak (bekas buat ayam tandoori tadi), tata samosa dia tasnya, goreng hingga kulit bagian bawahnya kecokelatan
3. Tambahkan air panas, kecilkan api dan tutup wajan, biarkan sampai air habis.

Sajikan nasi saffran kismis bersama ayam tandoori dan samosa kukus, tambahkan salad atau irisan sayuran segar (saya cuma punya tomat he3).





Comments

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b...

Mak Rempong dan SIM Jepang

Buku-buku materi kursus mengemudi Alkisah, saya seorang Mak Rempong di usia 40-an dengan 3 orang anak (9 tahun, 5 tahun, dan 2 tahun) merengek meminta Me Time ala Mamah Muda kepada suami. Suami menyambut gembira, bersedia menjaga anak-anak di rumah, tapi me time yang ditawarkan adalah kursus mengemudi!

Menyepi di Pusat Ginza

  I  have come a long way. Seharusnya ada banyak tulisan yang mendahului tulisan ini, karena saya terbiasa untuk bercerita runut, semacam OCD dalam kegiatan ngeblog . Tapi tulisan ini tidak bisa menunggu. lorong yang panjang menuju cafe, diambil dari tabelog Akhirnya hari ini saya memasuki lorong itu. Sebuah lorong kecil menuju sebuah cafe yang luas, dalam sebuah gedung menghadap perempatan Ginza yang ramai. Hari Sabtu, Ginza dibebaskan dari kendaraan yang biasaya berlalu-lalang dengan sibuk. Semacam car free day di Jakarta. Dan dari sudut cafe yang menghadap jendela besar ini, saya bisa mengamati tindak tanduk para wisatawan pejalan kaki, yang asik berfoto, berdiri tercenung menatap peta di layar smartphone , atau yang berjalan mantap menuju tempat tujuannya. Mengapa Ginza? Ah, panjang sekali ceritanya. Singkatnya, Pada suatu hari saya terpikir untuk bekerja paruh waktu. Setelah berpuluh tahun berkutat dengan hobi yang melulu di rumah, saya memutuskan...