Skip to main content

Membaca untuk bertani

Raika tidak suka membaca. Yah maklum ibu bapaknya juga gak gitu suka baca. Lucunya kalo kamishibai 紙芝居, buku cerita yang bentuknya lembaran2 terpisah, bagian depannya gambar yang diperlihatkan kepada pembaca dan bagian belakangnya teks cerita, dibacakan Bu Guru setiap hari di sekolah dia suka banget! bahkan sering pura2 jadi ibu guru dan membacakan cerita pake kartu2 pos iklan (biasa banget di Jepang segala iklan dibikin kartu pos dan dimasukin ke kotak pos setiap rumah), tentu saja ceritanya ngarang sendiri he3. Belakangan kalo ke perpustakaan dia sering membaca kamishibai sendiri (mamanya disuruh jadi pendengar he3). Sayang kamishibai biasanya ceritanya klasik dan bertendens, agak2 langka jadi gak bisa dipinjem untuk dibawa pulang. Cukup baca di tempat.

Sebenernya pengen banget bikinin cerita dan dibuat kamishibai buat Raika, tapi apadaya kurang kemampuan grafis plus kurang kreatif juga he3. Jadinya balik2 lagi nyari sumber di internet. Kebetulan nemu kamishibai yang buatan orang kebanyakan, khusus dilombakan dalam rangka mempromosikan produk pertanian. Kebetulan yang lebih besar lagi buat saya dan suami yang bercita2 Raika punya minat akan pertanian, agribisnis atau kuliner he3. Haduh....retro banget ya kami...orang2 anak2nya dikursusin robotik atau programming komputer or apalah yang high-tech (jaman android gitu lho!)...ini anak malah ditarik2 mo disuruh bertani he3.

Nah ini dia link ke kamishibai yang bisa dicetak gratis, bertema makanan dan pertanian...silakan kalo berminat. Mohon maaf kalo sudah tau he3. Plus kalo ada yang tau link2 yang lain, mohon di-share yaaa...

http://www.ienohikari.net/bunka/kamishibai/

Comments

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)