Skip to main content

Saya dan Homeschooling (bagian 2): Charlotte Mason

Charlotte Mason

Charlotte Mason 1841-1923
Untuk mengenal siapa Charlotte Mason dan filosofi pendidikannya, Ambleside Online menyediakan buku-buku Charlotte Mason Series yang dapat dibaca online. Saya juga didaftarkan seorang teman praktisi homeschooling ke grup Charlotte Mason Indonesia dimana saya dapat membaca ringkasannya dalam bahasa Indonesia. Dari membaca filosofi pendidikan ala Charlotte Mason, saya mendapat banyak sekali ide bagaimana menghabiskan hari bersama Kakak di usia 0 sampai 3 tahun, sebelum Kakak mulai masuk TK. Ada tiga hal dari filosofi pendidikan Charlotte Mason yang saya ingin terapkan secara konsisten yaitu mengenalkan kebiasaan baik dalam keseharian (good habit), sebanyak mungkin bemain di luar rumah (outdoor/nature play), dan membacakan buku bermutu (living books).
Membiasakan hal-hal baik sejak dini akan sangat membantu anak-anak saat mereka semakin besar dan dalam kondisi harus lebih memperhatikan hal yang yang lebih penting daripada rutinitas harian. Pertama, melatih/merangsang sensitivitas panca indera anak dari semenjak bayi. Kedua, melatih membiasakan diri menjaga kebersihan dan kerapihan, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, berkumur saat kembali dari aktivitas di luar rumah, membereskan mainan, menutup pintu, mengembalikan barang ke tempatnya semula dan lain-lain. Ketiga, beranjak lebih besar harus dilatih sensitif mengukur jarak maupun waktu (sulit sekali karena saya sendiri tidak cukup sensitif dalam dua hal ini). Keempat, melatih fisiknya dengan aktif bergerak, misalnya menari, berenang dan berolahraga. Terakhir, pendidikan moral untuk melatih anak dapat bersopan santun, rendah hati, menghormat dan patuh pada orangtua. Lancar sekali saya menuliskan poin-poin diatas, pada praktiknya amat sangat sulit untuk selalu konsisten, dan kalau melihat perkembangan Kakak sekarang ini (usia 6 tahun) saya sadar banyak sekali kekurangan.

Anak-anak sebaiknya banyak bermain di luar rumah, menghirup udara segar, banyak menggerakkan badan, memperhatikan dan menyentuh tumbuhan/makhluk hidup di sekitarnya, merasakan angin yang berhembus, matahari yang menyengat, hujan yang menyegarkan dan lain sebagainya. Inilah yang sulit untuk didapatkan keluarga yang tinggal di perkotaan, terutama di pemukiman yang padat. Beruntung sekali saya tinggal di pinggiran Tokyo dimana masih banyak sawah, ladang dan sungai. Memang taman umum juga banyak, tetapi biasanya Kakak lebih tertarik mencoba permainan yang tersedia ketimbang mengamati alam sekitar. Biasanya kami keluar rumah sekitar jam 10 pagi setelah urusan rumah beres, membawa bekal makan siang, dan baru kembali ke rumah sekitar jam 3 sore. Itulah mengapa saya tidak juga pintar-pintar mengurus urusan rumah tangga, karena lebih banyak "main" di luar.


Membacakan buku bermutu adalah tantangan yang cukup berat, mengingat sebagian besar buku-buku tersebut sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Selain itu, walaupun book list sudah dibuatkan panduan umurnya, tetap saja sulit dicerna oleh Kakak. Buku-buku rekomendasian Charlotte Mason juga sulit didapat di perpustakaan terdekat. Akhirnya kami banyak berkompromi dengan membacakan terjemahan, dan bahkan akhirnya kami tidak menyaring sama sekali buku-buku yang dibaca Kakak. Terakhir, kami beruntung menemukan buku The World Treasury of Children's Literature dari amazon lokal, dengan harga murah meriah karena buku bekas. Buku ini direkomendasikan Ambleside Online bagi mereka yang kesulitan mendapatkan living books sesuai book list. Sebagian dari buku yang dikompilasikan ternyata sudah kami bacakan (beberapa terjemahannya) dan walaupun buku ini berat dan tebal, anak-anak tertarik untuk membukanya lalu sibuk menunjuk bagian-bagian yang pernah kami bacakan.

Masuk ke bahasan nyata tentang kurikulum dan cara belajar, para ibu dituntut untuk dapat mendidik anak supaya kaya ide, dapat menyerap pengetahuan, melek literatur/sastra dan sejarah. Untuk proses calistung awalnya saya mengikuti metode Charlotte Mason  yang lebih menekankan pada pengenalan kata melalui word sighting melalui kegiatan membaca, ketimbang pengenalan huruf dan pelafalan. Biasanya saya mengambil lirik dari mother goose nursery rhymes (idealnya siy mengambil kata-kata dari living books), tapi seperti saya singgung di tulisan sebelumnya, pada usia 5 tahun saya akhirnya pindah ke metode classical education yang menekankan pelafalan, pengenalan huruf sambil mulai menulis. Proses belajar membaca ini memakan waktu lama, lebih dari satu tahun! sekarang Kakak sudah bisa membaca satu halaman penuh cerita bahasa Inggris. Tetapi tentu saja tingkat pemahamannya sangat rendah karena saya lebih menekankan pada "membaca" ketimbang "memahami" yang kalau melalu metode Charlotte Mason diuji melalui kegiatan menarasikan kembali bacaan. Rencananya saya akan melanjutkan ke tahap menghafal tata bahasa mulai tahun ini, disamping terus melanjutkan kegiatan membaca bersama yang mudah-mudahan topiknya bisa semakin luas.

Lebih lanjut tentang perbedaan dan persamaan metode Classical Education dan Charlotte Mason dapat membaca artikel ini (dari praktisi Classical Education) dan artikel ini (dari praktisi Charlotte Mason).

Selesai.

Comments

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)