Skip to main content

Betapa Berharganya Ijazahmu, Nak!

Hari ini Kakak lulus TK.
Dengan bangga menerima ijazah dari Ibu Kepala TK
membungkukkan badan, lalu berjalan tegap,
kembali ke tempat duduk, sabar menanti semua teman mendapatkan ijazahnya.


Kakak berangkat ke sekolah,
menyusuri jalan setapak di pinggir sungai
Kaki kecil yang tidak pernah bisa berjalan biasa saja,
karena selalu ada lompatan khas rusa kecil di setiap tiga atau empat langkahnya.
Mengingatkan Ibu pada kaki anak perempuan usia tiga tahun,
yang harus berjalan setidaknya 25 menit ke dan dari halte bis sekolah.
Setiap hari, dalam setiap cuaca
cerah, hujan, terik bahkan salju yang beku dan licin.

 
 
 
 
Betapa berharganya ijazahmu itu, Kak.
Meski mereka hanya memberimu selembar kertas,
tanpa mengajarimu membaca あかさたな atau ABCD
menghitung 1,2,3,4
atau membunyikan nada do, re, mi
apalagi melafalkan alif, ba, ta, tsa!
 
Sungai kecil yang harus dilintasi untuk berangkat sekolah
Selembar kertas itu berharga
karena untuk mendapatkannya kau harus bangun pagi setiap hari
lalu sarapan dan bergiat berangkat ke sekolah.
Padahal kau mengantuk,
tapi harus keluar rumah untuk sekedar melihat wajah Ibu Guru,
dan wajah 33 anak lain,
yang mungkin kau tidak suka,
yang mungkin suka jahil,
yang mungkin sering memaksamu melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak kau suka!
Setiap hari, 5 hari seminggu, sepanjang tahun,
dan kau tahan menjalaninya selama 3 tahun!
 
Bangku di pinggir jembatan kecil,
tempat Ibu dan Kakak duduk menikmati es krim di musim panas yang terik
 
3 tahun yang menempa tubuh mungilmu, hati putihmu.
Membiasakanmu mendahulukan apa yang HARUS kau lakukan,
daripada apa yang INGIN kau lakukan.
Saat ini Ibu di rumah dan Ibu Guru di sekolahlah yang menetapkan keharusan-keharusan itu.
Kelak akan semakin banyak orang yang menentukan apa yang harus kau lakukan dalam hidupmu.
Bahkan mereka sendiri berselisih pendapat tentang apa yang harus mereka lakukan!
 
 
Memberikan remah sisa roti sarapan untuk makan ikan koi di sungai
Kelak akan ada saat-saat ketika kau tidak memiliki banyak pilihan,
dan harus memaksakan diri,
untuk mempercayai orang lain,
untuk menunggu,
untuk memaklumi,
untuk memaafkan,
atau untuk berlalu dan melupakan.
 
 
 
 
 
 
Tiba di gerbang sekolah dengan bangunan tua,
sudah berusia 50 tahun!
 
 
Semoga Allah selalu memberkahimu dengan berbagai pilihan,
kemampuan untuk memilih yang terbaik,
bahkan kemurahan hati untuk memberikan pilihan kepada orang lain.
Aamiin.
 
 
 

Comments

  1. Nyi, kereeenn
    omedettou raika chan

    ReplyDelete
    Replies
    1. thank you, yang komen juga kereeeen! arigatou tante dwi :)

      Delete
  2. Miss u so much! Congratulation kakak Raika.. Uni Qeela blum lulus TK, insyaAllah Juni ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Miss you too! thank you aunty dini. Berarti mulai Juli sama2 SD ya Raika ma Aqeela :)

      Delete
  3. Selamat kakak Raika! ikutan bangga euy... Nyi titip anak2 gue di rumah lo dong... barang 3 bulaaaan aja :D
    btw berarti skrg libur dong di Jepang, trus tahun ajaran barunya Juli gitu?

    ReplyDelete
  4. ape maksudnye nitip 3 bulan hi3, raika udah mulai sd tanggal 6 April bow

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)