Skip to main content

Kalah : Nangis atau ......

Disclaimer: tidak ada hubungannya dengan Pilpres 2014

Membaca (lagi) Parentonomics , khusus bab tentang menemani (melayani) anak main game. Sang Ayah tetep ngotot "I play to win", jadi tidak ada acara mengalah demi menjaga mood anak, apalagi kalo mainnya untuk mengisi waktu menunggu makan malam. Sementara sang Ibu lebih memilih "play it save" demi mengakomodir suasana permainan.

gambar diambil dari sini
Rupanya kami juga mirip, suami kalau main game serius, tak peduli lawannya masih di bawah umur. Semalam suami main junior scrabble melawan Kakak (5 tahun 8 bulan), dan kelihatan si Kakak sudah kewalahan. Akhirnya saya pun turun tangan membentuk tim Ibu-Kakak. Kami menang tipis dengan skor 13-10.

Kami langsung ber-high five, dan saya pun ngeloyor melanjutkan pekerjaan saya, sambil meledek, "Untung Kakak menang ya, soalnya kalo gak menang pasti nangis deh".

Kakak (sambil dengan wajah gembira membereskan papan scrabble) menjawab, "Idih, siapa yang suka nangis kalo kalah main. Bukan aku, tapi Shotaro-kun tuh (anak laki-laki 7th putra atasan suami). Kalah main catur sama Ayah, eeeh nangis. Aku mah kalo kalah gak nangis, tapi MARAH-MARAH!"

Gubraksss....udah kalah marah....BANGGA pula!

Comments

  1. hahaha....ibunya lebih parah, kalah pundung, gak mo main lagi. tapi gak pake bangga dong

    ReplyDelete
  2. Huhuhu, anak2 emang lucuuu nggemesiiin

    ReplyDelete
  3. he3...bapaknya juga gak galah gemesin. Makasih udah mampir yah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)