Disclaimer: Menulis tips tentang pekerjaan rumah tangga bukan karena saya ibu rumah tangga ideal atau sempurna. Rumah saya pun tidak selalu kinclong. Hanya saja saya sering merasa pekerjaan rumah tangga itu membuat stress! setelah hampir 7 tahun menjadi ibu rumah tangga, saya menemukan tips dan trik mengurangi stress gara-gara pekerjaan rumah tangga. Jadi tulisan ini bukan berisi tips dan trik supaya rumah bersih ya, silakan cari ke blog sebelah aja kalo itu mah!
Bagaimana perasaan anda tentang bersih-bersih?
Tidak diragukan lagi semua orang senang dengan kebersihan, menyukai kerapihan dan keindahan. Tapi belum tentu semua orang senang membersihkan, memelihara kerapihan dan memperindah rumah mereka. Saya adalah salah satunya. Biasanya saya biarkan saja rumah kotor atau berantakan, sampai ke titik tertentu dimana saya merasa sudah tidak tahan, lalu saya dedikasikan sehari penuh untuk membersihkan setiap jengkal rumah, sampai kinclong! lalu apa yang terjadi? saya lelah luar biasa! belum lagi selama seharian itu sambil bersih-bersih saya menahan jengkel terhadap suami. Enak banget ya, seharian di luar rumah, pulang tinggal menikmati. Parahnya, segala lelah dan jengkel itu tidak bisa menjadikan kebersihan, kerapihan dan keindahan itu tahan lama! Akibatnya rumah bersih pun saya tetap stress, karena tau besok lusa saya harus membersihkannya lagi....dan lagi! oh sungguh stress dan bersih-bersih itu bagaikan lingkaran setan!
Untuk keluar dari lingkaran setan tersebut, saya banyak membaca buku, menonton tv dan video tentang pekerjaan rumah tangga. Mungkin anda sudah dari sananya pandai mengurus rumah tangga jadi tidak perlu membaca urusan temeh ini, tapi hal ini tidak berlaku untuk saya. Saking terkaget-kagetnya melihat perbedaan antara cara kerja ibu rumah tangga yang satu dan lainnya, sampai2 saya berpikir, sebenarnya ibu rumah tangga yang baik itu dilahirkan (born) dari sananya atau bisa diciptakan (made) melalui pendidikan dan pelatihan sih? Anyway, hasilnya, saya menyadari bahwa saya harus mengubah persepsi saya tentang pekerjaan rumah tangga. Mengubah persepsi termasuk berkompromi dengan keterbatasan kemampuan saya, juga berkompromi dengan target yang ingin saya capai.
Keadaan darurat
Dalam keadaan darurat, misalnya ada anggota keluarga yang sakit, atau pada kasus saya adalah ketika sehabis melahirkan, tetapkan prioritas pada pekerjaan berikut:
Beres-beres
Sebelum ke Jepang, saya tidak tau kalau beres-beres (katazuke) dan bersih-bersih (souji) itu adalah dua pekerjaan yang berbeda kategori (maluuuuu deh). Karena biasanya sebelum bersih-bersih (misalnya menyapu lantai) saya pasti harus beres-beres (misalnya merapikan koran, buku atau mainan anak-anak) dulu. Untuk masalah beres-beres, ada beberapa peraturan dasar yang harus dipenuhi untuk memimalisir kegiatan beres-beres itu sendiri, diantaranya:
3. Letakkan barang di dekat tempat menggunakannya. Misalnya, tissue toilet ya disimpan di dekat toilet, persediaan diterjen disimpan di dekat mesin cuci dan lain sebagainya. Memang lebih rapi kalau kita memiliki semacam gudang penyimpanan barang, tapi kalau setiap kali tissue habis harus ambil dulu ke gudang ya sudah pasti membuat stress!
bersambung ke bagian 2
Bagaimana perasaan anda tentang bersih-bersih?
Tidak diragukan lagi semua orang senang dengan kebersihan, menyukai kerapihan dan keindahan. Tapi belum tentu semua orang senang membersihkan, memelihara kerapihan dan memperindah rumah mereka. Saya adalah salah satunya. Biasanya saya biarkan saja rumah kotor atau berantakan, sampai ke titik tertentu dimana saya merasa sudah tidak tahan, lalu saya dedikasikan sehari penuh untuk membersihkan setiap jengkal rumah, sampai kinclong! lalu apa yang terjadi? saya lelah luar biasa! belum lagi selama seharian itu sambil bersih-bersih saya menahan jengkel terhadap suami. Enak banget ya, seharian di luar rumah, pulang tinggal menikmati. Parahnya, segala lelah dan jengkel itu tidak bisa menjadikan kebersihan, kerapihan dan keindahan itu tahan lama! Akibatnya rumah bersih pun saya tetap stress, karena tau besok lusa saya harus membersihkannya lagi....dan lagi! oh sungguh stress dan bersih-bersih itu bagaikan lingkaran setan!
Untuk keluar dari lingkaran setan tersebut, saya banyak membaca buku, menonton tv dan video tentang pekerjaan rumah tangga. Mungkin anda sudah dari sananya pandai mengurus rumah tangga jadi tidak perlu membaca urusan temeh ini, tapi hal ini tidak berlaku untuk saya. Saking terkaget-kagetnya melihat perbedaan antara cara kerja ibu rumah tangga yang satu dan lainnya, sampai2 saya berpikir, sebenarnya ibu rumah tangga yang baik itu dilahirkan (born) dari sananya atau bisa diciptakan (made) melalui pendidikan dan pelatihan sih? Anyway, hasilnya, saya menyadari bahwa saya harus mengubah persepsi saya tentang pekerjaan rumah tangga. Mengubah persepsi termasuk berkompromi dengan keterbatasan kemampuan saya, juga berkompromi dengan target yang ingin saya capai.
Keadaan darurat
Dalam keadaan darurat, misalnya ada anggota keluarga yang sakit, atau pada kasus saya adalah ketika sehabis melahirkan, tetapkan prioritas pada pekerjaan berikut:
- Belanja
- Mencuci pakaian
- Mencuci piring
- Membuang sampah
Beres-beres
Sebelum ke Jepang, saya tidak tau kalau beres-beres (katazuke) dan bersih-bersih (souji) itu adalah dua pekerjaan yang berbeda kategori (maluuuuu deh). Karena biasanya sebelum bersih-bersih (misalnya menyapu lantai) saya pasti harus beres-beres (misalnya merapikan koran, buku atau mainan anak-anak) dulu. Untuk masalah beres-beres, ada beberapa peraturan dasar yang harus dipenuhi untuk memimalisir kegiatan beres-beres itu sendiri, diantaranya:
-
- Banyaknya barang-barang harus dalam rentang pengendalian. Terlalu banyak barang bisa membuat kita kewalahan sendiri. Batasi barang-barang yang kita miliki hanyalah barang yang benar-benar kita sukai dan kita pakai. Praktiknya masih sulit untuk membatasi belanja perintilan baking (saya), buku atau CD (suami) dan mainan (anak-anak) yang masih suka luber kemana-mana.
- Semua barang harus memiliki tempatnya masing-masing. Dengan memiliki tempat penyimpanan, walaupun hanya sekedar keranjang atau boks plastik, barang-barang tidak begitu saja berserakan di lantai, yang akibatnya menyulitkan jika kita ingin bersih-bersih. Lebih baik lagi jika barang-barang di lemari dan lemari es juga diletakkan di keranjang atau baki tersendiri yang memudahkan kita jika ingin mengambil barang yang nyempil di pojok belakang, misalnya. Tempat barang-barang di lemari sebaiknya diberi label, atau pilih boks transparan saja. Saya juga pelupa dimana menaruh barang, jadi saya lebih suka lemari biasa atau bahkan rak terbuka sekalian, dibanding chest atau lemari dengan banyak laci. Makanya kulkas pun tetep seneng yang cuma 2 pintu saja ;p
keranjang 100yen (sekitar 10 ribuan) untuk menampung bahan perintilan memasak |
baki transparan (juga 100 yen) yang berfungsi sebagi laci lemari es |
3. Letakkan barang di dekat tempat menggunakannya. Misalnya, tissue toilet ya disimpan di dekat toilet, persediaan diterjen disimpan di dekat mesin cuci dan lain sebagainya. Memang lebih rapi kalau kita memiliki semacam gudang penyimpanan barang, tapi kalau setiap kali tissue habis harus ambil dulu ke gudang ya sudah pasti membuat stress!
bersambung ke bagian 2
Comments
Post a Comment