Skip to main content

Pekerjaan Rumah Tangga Minim Stress (1)

Disclaimer: Menulis tips tentang pekerjaan rumah tangga bukan karena saya ibu rumah tangga ideal atau sempurna. Rumah saya pun tidak selalu kinclong. Hanya saja saya sering merasa pekerjaan rumah tangga itu membuat stress! setelah hampir 7 tahun menjadi ibu rumah tangga, saya menemukan tips dan trik mengurangi stress gara-gara pekerjaan rumah tangga. Jadi tulisan ini bukan berisi tips dan trik supaya rumah bersih ya, silakan cari ke blog sebelah aja kalo itu mah!


Bagaimana perasaan anda tentang bersih-bersih?

Tidak diragukan lagi semua orang senang dengan kebersihan, menyukai kerapihan dan keindahan. Tapi belum tentu semua orang senang membersihkan, memelihara kerapihan dan memperindah rumah mereka. Saya adalah salah satunya. Biasanya saya biarkan saja rumah kotor atau berantakan, sampai ke titik tertentu dimana saya merasa sudah tidak tahan, lalu saya dedikasikan sehari penuh untuk membersihkan setiap jengkal rumah, sampai kinclong! lalu apa yang terjadi? saya lelah luar biasa! belum lagi selama seharian itu sambil bersih-bersih saya menahan jengkel terhadap suami. Enak banget ya, seharian di luar rumah, pulang tinggal menikmati. Parahnya, segala lelah dan jengkel itu tidak bisa menjadikan kebersihan, kerapihan dan keindahan itu tahan lama! Akibatnya rumah bersih pun saya tetap stress, karena tau besok lusa saya harus membersihkannya lagi....dan lagi! oh sungguh stress dan bersih-bersih itu bagaikan lingkaran setan!

Untuk keluar dari lingkaran setan tersebut, saya banyak membaca buku, menonton tv dan video tentang pekerjaan rumah tangga. Mungkin anda sudah dari sananya pandai mengurus rumah tangga jadi tidak perlu membaca urusan temeh ini, tapi hal ini tidak berlaku untuk saya. Saking terkaget-kagetnya melihat perbedaan antara cara kerja ibu rumah tangga yang satu dan lainnya, sampai2 saya berpikir, sebenarnya ibu rumah tangga yang baik itu dilahirkan (born) dari sananya atau bisa diciptakan (made) melalui pendidikan dan pelatihan sih? Anyway, hasilnya, saya menyadari bahwa saya harus mengubah persepsi saya tentang pekerjaan rumah tangga. Mengubah persepsi termasuk berkompromi dengan keterbatasan kemampuan saya, juga berkompromi dengan target yang ingin saya capai.

Keadaan darurat
Dalam keadaan darurat, misalnya ada anggota keluarga yang sakit, atau pada kasus saya adalah ketika sehabis melahirkan, tetapkan prioritas pada pekerjaan berikut:
  1. Belanja
  2. Mencuci pakaian
  3. Mencuci piring
  4. Membuang sampah
Jadi, tidak usah stress kalau pigura dan pajangan berdebu, kaca jendela belum dibersihkan, bak mandi belum dikuras dan lain-lain pekerjaan rumah tangga yang sebenarnya masih bisa kita tunda.

Beres-beres
Sebelum ke Jepang, saya tidak tau kalau beres-beres (katazuke) dan bersih-bersih (souji) itu adalah dua pekerjaan yang berbeda kategori (maluuuuu deh). Karena biasanya sebelum bersih-bersih (misalnya menyapu lantai) saya pasti harus beres-beres (misalnya merapikan koran, buku atau mainan anak-anak) dulu. Untuk masalah beres-beres, ada beberapa peraturan dasar yang harus dipenuhi untuk memimalisir kegiatan beres-beres itu sendiri, diantaranya:

     
    keranjang 100yen (sekitar 10 ribuan) untuk
    menampung bahan perintilan memasak
  1. Banyaknya barang-barang harus dalam rentang pengendalian. Terlalu banyak barang bisa membuat kita kewalahan sendiri. Batasi barang-barang yang kita miliki hanyalah barang yang benar-benar kita sukai dan kita pakai. Praktiknya masih sulit untuk membatasi belanja perintilan baking (saya), buku atau CD (suami) dan mainan (anak-anak) yang masih suka luber kemana-mana.
  2. baki transparan (juga 100 yen) yang berfungsi
    sebagi laci lemari es
  3.  Semua barang harus memiliki tempatnya masing-masing. Dengan memiliki tempat penyimpanan, walaupun hanya sekedar keranjang atau boks plastik, barang-barang tidak begitu saja berserakan di lantai, yang akibatnya menyulitkan jika kita ingin bersih-bersih. Lebih baik lagi jika barang-barang di lemari dan lemari es juga diletakkan di keranjang atau baki tersendiri yang memudahkan kita jika ingin mengambil barang yang nyempil di pojok belakang, misalnya. Tempat barang-barang di lemari sebaiknya diberi label, atau pilih boks transparan saja. Saya juga pelupa dimana menaruh barang, jadi saya lebih suka lemari biasa atau bahkan rak terbuka sekalian, dibanding chest atau lemari dengan banyak laci. Makanya kulkas pun tetep seneng yang cuma 2 pintu saja ;p

3. Letakkan barang di dekat tempat menggunakannya. Misalnya, tissue toilet ya disimpan di dekat toilet, persediaan diterjen disimpan di dekat mesin cuci dan lain sebagainya. Memang lebih rapi kalau kita memiliki semacam gudang penyimpanan barang, tapi kalau setiap kali tissue habis harus ambil dulu ke gudang ya sudah pasti membuat stress!


keranjang kayu (sudah pasti 100 yen atuh) tempat remote control
seneng banget kalo ada yang nanya, mana remote? cari di tempatnya!
 gak ada tuh, makanya habis make
selalu kembalikan ke tempatnya semula doooong!
 
4. Selalu kembalikan barang ke tempatnya semula. Peraturan ini berlaku baik untuk anak-anak maupun bapaknya anak-anak. Sebenarnya yang disebut beres-beres/katazuke adalah mengembalikan barang pada tempatnya, dan itu harus dilalukan secara konsisten, setiap saat! (jadi saya cuma meng-organize  saja, selebihnya hanya tinggal mengeluarkan tanduk jika ada yang melanggar peraturan ini).









bersambung ke bagian 2

Comments

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)