suasana halaman TK |
Selama 4 bulan penyesuaian kegiatan harian, bukan hanya si Aa yang repot dan capek tapi juga saya. Sebulan pertama TK masih pendek waktunya, jam 9.00-11.30 dan tanpa membawa bekal. Tapi setelah mulai full dari jam 9.00-13.30 terasa sekali sibuk di pagi hari, menyiapkan sarapan dan bekal 3 orang yang berbeda isi dan waktu membuatnya (si Ayah berangkat subuh, si Kakak berangkat jam 7.50 dan si Aa jam 8.40), juga menyiapkan mood si Aa untuk berangkat ke TK. Menyiapkan waktu yang cukup untuk membiasakan pola pagi hari, bangun-cuci muka-sarapan-ganti baju (membuka dan memakai baju sendiri termasuk mengancingkan seragam)-menggosok gigi-BAK/BAB-memakai kaus kaki dan sepatu. Awalnya semua berjalan sangat lambat, sampai-sampai Adek Haqqi keburu sawan karena sudah siap digendong mau keluar rumah tapi harus menunggu si Aa yang sangat lambat! Saya sendiri terkadang geram, kepingin menyuapi, memakaikan baju dan sepatu supaya cepat, tapi harus menahan diri.
Saya terus menerus mengingatkan diri sendiri, seperti saat si Kakak masuk TK juga, anak-anak seperti juga orang dewasa, sangat gembira jika mereka bisa menguasai keahlian baru. Bisa makan sendiri, bisa pipis pup sendiri, bisa pakai baju dan sepatu sendiri. Membantu mereka memang bisa mempercepat waktu (supaya tidak terlambat tiba di sekolah dan dianggap ibu yang tidak cekatan), tapi itu juga berarti merampas kebahagiaan anak. Akhirnya saya yang harus mengalah, mengawali hari lebih pagi, mengerjakan pekerjaan rumah lebih cepat, supaya si Aa bisa mengerjakan harinya dengan santai tanpa terburu-buru (atau saya buru-buru!).
Aa Taqwa di depan kandang kelinci |
Lalu bagaimana laporan si Aa di sekolah? menjelang akhir cawu ada sesi dialog dengan Bu guru, satu orang dijatahi 15 menit (tapi praktiknya bisa sampai 1 jam!). Menurut laporan Bu Guru, pada umumnya si Aa dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan sekolah, mulai senang bermain dengan teman sekelas, bisa menunggu giliran dan berbaris rapi, mandiri BAK/BAB, makan bekal dengan lahap tanpa berantakan dan lain-lain. Ada beberapa catatan yang harus ditindaklanjuti di rumah. Pertama, kemampuan berkomunikasi yang rendah, akibatnya jika ingin ikut main dengan teman si Aa seenaknya saja merebut mainan. Kedua, kesulitan memahami petunjuk Bu Guru sehingga Bu Guru harus menyediakan waktu khusus untuk membantu si Aa. Ketiga, yang selalu saya komunikasikan ke Bu Guru, si Aa masih tetap lebih senang bermain sendiri ketimbang bersama teman, terutama senang main air dan kunci! Akibatnya si Aa sering merepotkan Bu Guru karena selalu menghilang dan main keran atau membuka kunci pintu pagar sekolah!
senangnya main sama Bu Guru! |
Adanya teman bermain merupakan kemewahan bagi kami (dan mungkin bagi keluarga lainnya yang tinggal di perkotaan), karena sulitnya menemukan teman dan waktu untuk bermain selain di sekolah. Pihak sekolah juga memahami hal ini, itulah mungkin yang menjadikan mereka berusaha menggunakan setiap momen di sekolah untuk memaksimalkan interaksi sesama anak. Pernah saat mengantar si Aa sekolah saya melihat adegan "kecelakaan" anak TK kelas kecil (usia 3 tahun) yang tertubruk ayunan sampai terpental! kebetulan yang sedang naik ayunan adalah kakak si anak tadi (usia 5 tahun). Anak-anak ramai mengerumuni, dan berebut ingin membantu si adik. Lalu seorang anak perempuan kelas besar (usia 5 tahun) diberi peralatan P3K oleh Bu Guru dan membersihkan luka dengan penuh kasih sayang, sementara si Kakak Korban yang naik ayunan mengamati dari jauh (sambil merasa bersalah mungkin). Saya sangat terkesan, karena sebenarnya Bu Guru bisa saja membersihkan luka anak-anak karena memang sudah tugasnya, dan tentunya lebih terampil, tapi ini juga adalah "kesempatan langka" buat anak lain, yang mungkin anak tunggal, untuk mengurus adik yang lebih kecil dan lebih lemah dari dirinya. Memberinya kesempatan merasa menjadi "Kakak" walaupun cuma sebentar saja!
Semoga setelah liburan musim panas si Aa bisa lebih banyak bermain dengan teman dan menikmati kegiatan sekolah. Tidak merepotkan bu Guru karena harus membuka tutup keran air maupun kunci pintu pagar sekolah. Aamiin.
Comments
Post a Comment