Skip to main content

Me Time-ku Kini Tidak Sendiri Lagi

minum teh dengan Kakak saat adik-adik tidur siang
Saya mendengar kata "me time" saat saya membaca buku atau artikel tentang ibu yang mengalami maternity blues, yang selama 24 jam terus menerus merawat bayi yang baru lahir sehingga ibu tidak sempat melepas penat dan rasa lelah.

Lambat laun, pengertian me-time dalam kehidupan sehari-hari saya mengalami beberapa kali pergeseran. Awalnya, adalah sekedar waktu untuk sendiri, melepas penat seharian merawat rumah dan bayi. Biasanya saya menyerahkan bayi kepada suami dan menikmati hanya sekedar berendam di bath tub.

buku-buku perjalanan seputar Jepang, travelling through the book!
Lalu setelah bayi mulai memiliki ritme yang tetap dan teratur, me time saya adalah saat bayi perempuan saya tidur, saya menyiapkan kopi dan camilan lalu membaca buku untuk pengembangan diri. Saat itu saya ingin memiliki sertifikasi akuntan Jepang, sehingga saya me time saya gunakan untuk belajar akuntansi Jepang secara otodidak dan me time ini berhasil mengantarkan saya mendapat sertifikasi bookkeeping Jepang level 2. Membaca buku mungkin me time yang paling mudah, karena tak perlu keluar waktu, biaya dan tenaga banyak tapi efeknya sangat besar bagi pengembangan diri.

Setelah bayi saya menjadi preschooler, me time saya adalah menghabiskan waktu di luar rumah sendirian, tepatnya di sebuah pusat komunitas lokal yang membantu warga asing untuk mempelajari bahasa dan budaya Jepang. Seminggu sekali, sekitar 2 jam saya menghabiskan waktu dengan tutor untuk belajar budaya Jepang sambil minum teh. Tutor saya adalah seorang dosen di sebuah universitas yang ternyata banyak memberikan pelajaran baru, bukan hanya bahasa tapi benar-benar mengenalkan saya pada "jiwa" budaya Jepang itu sendiri.

Kemudian lahirlah bayi kedua, dan dua tahun kemudian bayi ketiga, keduanya laki-laki. Hampir bisa dipastikan saya sulit mendapatkan me time, dalam artian harus benar-benar sendiri apalagi harus di luar rumah. Me time saya adalah, berdua dengan Kakak yang kini sudah menjadi gadis kecil, mengobrol sambil minum teh ditemani camilan kecil di rumah. Rasanya nikmat sekali, seperti menemukan teman baru! Bahkan rencananya, minggu depan kami akan mulai minum teh berdua di toko kue dekat rumah, hanya sekitar 2 jam saja. Adik-adik bayi akan menghabiskan waktu dengan suami, Boys time!

Apapun wujudnya, me time merupakan bagian yang penting dalam rutinitas sehari-hari, karena memberikan saya waktu untuk relaks, menikmati waktu yang berjalan sambil mensyukuri keseharian, dan menggunakannya untuk lebih mengembangkan diri. Sehingga di akhir hari, bukan hanya keluarga yang tumbuh, tetapi saya juga ikut tumbuh bersama mereka.

Aaah....rasanya tidak sabar untuk curhat ria dengan Kakak minggu depan!

Comments

  1. Yeay.. anak nya udah gede ya mak jadi lebih tenang dan enak hihi.. Me time pun udah bisa ngajak sikecil senangnyaaaa...
    Btw saya pun belum berhasil daftar karena ga bisa kirim artikel ke NUB gimana ya ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. akhirnya nongol juga Mak, saya nekat ngirim mesti syarat gak lengkap, topiknya pas soalnya yaaa

      Delete
  2. Very much love this, i! Have a great "me-time" with Kakak! :)

    ReplyDelete
  3. keren..raika udah bisa diajak me-time :) Fitri

    ReplyDelete
  4. anak sudah besara jadi bisa di ajak me time, seru sekali kayaknya.. hhe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)