Skip to main content

Mengenang Momen-momen Selama Kehamilan (2) : Obgynku

Saya menjalani tiga kali hamil dan melahirkan di RS yang sama. Pada kehamilan pertama, poli kebidanan RS masih dalam tahap renovasi dan sistem lama dimana setiap bumil tercatat dibawah penanganan obgyn tertentu, meskipun kadang kala pemeriksaan kehamilan ditangani dokter lain. Persalinan saya awalnya ditangani oleh seorang dokter perempuan, sampai kemudian harus melahirkan dengan intervensi dan ditangani oleh 2 orang dokter laki-laki. Persalinan kedua dan ketiga RS sudah direnovasi dan lebih nyaman, tetapi dokter yang menangani tidak bisa pilih-pilih baik saat pemeriksaan maupun saat persalinan. Alhamdulillah meskipun beberapa kali dapat dokter pria, saat persalinan saya selalu mendapat dokter wanita.



gambar hasil kompilasi dari sini dan dari sini
Kehamilan yang ke-3 saya lebih sering mendapat "jatah" diperiksa dokter wanita. Memasuki trimester ke-2 rata-rata diperiksa dokter pria, tapi saat ini pemeriksaan janin sudah menggunakan USG perut dan tidak trans V seperti pada trimester 1 dan 3. Pemeriksaan USG trans V maupun pemeriksaan dalam (cek bukaan, kematangan cerviks dll) biasanya dilakukan seperti pada gambar di samping. Bu atau Pak dokter berada di balik tirai, dan setiap akan melakukan pemeriksaan mereka memberitahukan lebih dahulu. Menurut saya cara "di balik tirai" ini lebih nyaman karena tidak perlu melihat wajah pak dan bu dokter, apalagi melihat alat-alat yang mereka gunakan. Mendengar denting alat yang beradu saja sudah bikin "ngeper" apalagi lihat alatnya beneran!

Kehamilan ketiga ini saya kebetulan ditangani mbak Dokter E, yang masih muda dan cantik. Sebenarnya saya kurang sreg dengan dokter ini, karena masih muda tentunya, jadi takutnya belum banyak pengalaman. Tapi lama-lama saya merasa cocok juga, karena mbak dokter baik sekali menjelaskan gambar-gambar hasil USG yang biasanya oleh dokter lain tidak diuraikan berlama-lama. Mereka biasanya cuma bilang BB bayi sekian-sekian, air ketuban bagus dan cukup, semua normal, selesai. Mbak Dokter ini kelihatannya tidak begitu sibuk, jadi punya banyak waktu menjelaskan ini itu, plus yang agak mengherankan, mbak Dokter tidak di-asisteni perawat. Jadi beliau menyiapkan sendiri semua keperluan untuk pemeriksaan, termasuk mengelap jel di perut saya dengan tissue setelah selesai USG, padahal biasanya perawat yang membantu karena sang dokter harus sudah memeriksa bumil lain di ruang pemeriksaan dalam.

Menginjak minggu ke-36 saya dinyatakan sudah bukaan 2cm dan saya sudah GR kemungkinan saya bersalin lebih cepat dari HPL. Ketika pemeriksaan dalam, mbak Dokter E terdengar terkejut, "Waaah...kaus kakinya lucu banget! gimana nyaman ya? kalau iya saya juga jadi kepengen beli model gini!". Gubraksss! sempet-sempetnya mbak dokter liat-liat kaos kaki segala! pas bilang "waaah" itu kirain lanjutannya "ini bukaannya udah maju, bentar lagi lahir" hihihi. 

Menjelang HPL, setiap minggu saya "kedapetan" diperiksa mbak Dokter E terus. Sempat selama pemeriksaan saya terus menerus kontraksi sampai-sampai saya dikirim mbak Dokter ke bangsal kebidanan untuk pemeriksaan NST memonitor janin dan kontraksi selama 1 jam lebih. Ternyata kontraksi masih 15 menit sekali dan akhirnya saya diperbolehkan pulang. Sebelum pulang mbak Dokter berpesan, "mudah-mudahan besok Sabtu atau lusa Minggu melahirkan ya, soalnya pas giliran saya yang jaga". Ternyata si bebi masih mau weekend-an di dalam perut dan tidak jadi ditangani mbak Dokter E.

Ternyata minggu depannya saya sudah masuk ruang bersalin, tepatnya jam 3 sore dan kebetulan mbak Dokter E masih bertugas. Kelihatan sumringah sekali mbak Dokter, bahkan sempat ikut membantu mencoba memasang jarum infus setelah seorang perawat gagal (jarum-nya patah karena katanya urat saya terlalu halus). Dan ternyata mbak Dokter E juga gagal! sampai-sampai lengan saya bengkak dan baru sembuh seminggu setelah keluar dari RS huhuhu! Saat bukaan 9 mbak Dokter E sempat masuk ruang bersalin dan saya kaget, "sudah saatnya mengejan ya, Bu Dokter?". "Oh belum belum....saya cuma mengecek saja", katanya dan kemudian keluar ruangan. Ternyata bukaan saya mundur (seperti saya ceritakan sebelumnya), dan jam 5 sore jam jaga mbak Dokter E selesai dan digantikan dokter lain. Alhamdulillah dokter wanita, dan dokter iniah yang menangani persalinan saya.

Setelah bersalin beberapa hari setelahnya, mbak Dokter E menjenguk saya di ruang perawatan. Beliau mengucapkan selamat, menyatakan lega karena persalinan lancar dan tidak memerlukan intervensi (maupun transfusi darah) seperti yang ditakutkan sebelumnya. Beliau juga menyayangkan tidak dapat menangani persalinan saya. Sekarang sambil mengenang masa kehamilan dan persalinan, saya dan suami jadi "berburuk sangka" jangan-jangan mbak Dokter ini sangat berharap mendapatkan "tantangan" kasus persalinan yang sulit. Whoaaaaa! alhamdulillah semua lancar dan baik-baik saja. Meskipun mbak Dokter E sangat ramah dan saya senang ditangani beliau, tapi kalau harus menjadi "tantangan" mah gak mauuuuuuu!

Comments

  1. Mbak dokternya cari pengalaman kali yaa.. hihi.. kaos kakinya beneran lucu! :D
    Btw kayaknya tony jd nih ke sana doain yaa :)

    ReplyDelete
  2. Mbak dokternya cari pengalaman kali yaa.. hihi.. kaos kakinya beneran lucu! :D
    Btw kayaknya tony jd nih ke sana doain yaa :)

    ReplyDelete
  3. cute kaos kakinya.. salah fokus ..hihihihi.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)