Skip to main content

Mengingat Lagi: ASI, MPASI, Menyapih dan Toilet Training (1)

Memasuki trimester ketiga kehamilan (yang juga ketiga kalinya), saya mulai bersiap lahir bathin menyambut kedatangan adik bayi. Persiapan melahirkan terbilang minim, cukup diet supaya BB gak terlalu naik banget dan bikin megap-megap bawa badan, juga olahraga ringan berjalan kaki dan stretching ibu hamil sesuai buku panduan dari rumah sakit (buku yang sama yang saya pakai saat hamil pertama kali). Karena minggu-minggu ini sibuk dengan persiapan kelulusan Kakak dari TK dan penerimaan murid baru di SD, rencana mengemas koper untuk rawat inap saat bersalin malah belum disiapkan. Alhamdulillah baju bayi maupun baju hamil/piyama selama rawat inap sudah cukup, karena pemberian teman yang melahirkan musim panas tahun lalu (2 kehamilan sebelumnya musim dingin, jadi semua baju harus baru deh).


 
Sekarang sedang berusaha mengingat-ingat lagi tentang ASI, MPASI, menyapih dan Toilet Training. Tentang ASI, dari pengalaman sebelumnya ternyata ASI itu tidak saklek. Saya menggunakan referensi yang sama dan cara-cara yang sama tapi ternyata hasilnya amat berbeda untuk Kakak dan Adek. Kakak tipe tukang makan, jadi sekali minum ASI sampai habis dan puas. Rasa kenyangnya bertahan lama, sehingga frekuensi dan jadwal minum asi sangat teratur. Awalnya sekitar 2 jam sekali, sampai akhirnya 4 jam sekali. Hal ini berpengaruh ke waktu tidur siang Kakak yang juga sangat teratur, hampir di jam yang sama setiap hari. Hasilnya, ibunya pun jadi lebih leluasa menjadwalkan kegiatan harian.

Adik lain lagi, minum ASI cama-cimi alias hanya sedikit, lalu kemudian tertidur sebentar untuk terbangun lagi dan minta minum ASI lagi. Terus menerus seperti itu sehingga pola minum ASI dan juga pola tidurnya berantakan! Akibatnya jadwal harian ibunya juga berantakan, karena semua mengikuti kemauan si adik, padahal baik saat menyusui Kakak maupun Adik, saya tidak dengan sengaja memilihkan pendekatan on schedule maupun on demand, semua terjadi begitu saja menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Gambar diambil dari wemakemil
Satu hal yang mungkin saya usahakan adalah memberikan ASI secara langsung tanpa melaui botol (terpengaruh teori bonding) dan ASI baru fresh from the oven (terpengaruh cerita bahwa ASI diproduksi sesuai perkembangan bayi, jadi ASI untuk bayi 3 bulan adalah ASI yang diproduksi ibu yang melahirkan 3 bulan yang lalu...semacam pesen makanan di restoran lah, mosok pesen sekarang dikasih masakan bulan kemaren!). Akibatnya, saat saya terkena mastitis (karena nipple cracking digigit si Kakak dan kemasukan kuman), baru saya tersadar pentingnya melatih bayi minum menggunakan botol dan menyimpan stok ASI setidaknya untuk saat darurat. Plus, kalau bisa minum ASI dari botol kan bayi tidak cuma bonding  via ASI dengan ibunya tapi juga dengan ayah atau kakek neneknya.

Saya pun mengupayakan Adek bisa minum dari botol dan menyicil stok ASI, tapi apa daya ternyata gagal total! Susah sekali ya membiasakan bayi minum dari botol, dan meskipun ASI saya melimpah Adek yang selalu cama cimi  minum ASI itu selalu saja ngentel jadi tidak sempat memerah ASI cukup untuk disimpan di freezer. Kalau saat menyusui Kakak saya sempat kena mastitis sampai 2 kali, alhamdulillah saat meyusui Adek saya cuma hampir  kena mastitis. Sudah mulai sakit, bengkak dan (maaf) putingnya tersumbat asi yang mengeras seperti butiran beras. Saya mengikuti saran di beberapa website untuk selalu mengompres payudara menggunakan lembaran daun kol/kubis yang sudah dicuci bersih, mengolesi putingnya dengan minyak natural lalu ditutup dengan cling wrap sampai saat menyusui berikutnya. Memberikan ASI juga diatur, hanya sebelah payudara saja sampai semua habis karena konon komposisi ASI itu ada bagian encer di awal dan kentalnya di akhir, karena kandungan gizi yang berbeda. Saya juga menghindari makanan manis, produk dairy, dan makanan berlemak, juga menkonsumsi teh herbal khusus untuk mencegah mastitis. Benar-benar merepotkan! Alhamdulillah akhirnya produksi ASI dan kebutuhan ASI Adek dapat diseimbangkan dan saya terbebas dari kerepotan-kerepotan tadi.

Perbedaan Kakak dan Adek juga ternyata masih berlanjut saat memberikan MPASI, Insya Allah di postingan selanjutnya. Besambung.

Comments

  1. Oh mbak bentar lagi lahiran ya.. Semoga segala sesuatunya lancar, ibu dan bayinya sehat :)

    ReplyDelete
  2. aamiin, perkiraan masih 10 juni....terimakasih doanya ya semoga kebaikan dlimpahkan sebagai balasannya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)