Skip to main content

Memetik Kembang Kol

bibit kembang kol dan brokoli yang baru ditanam
27 September 2014
Cita-cita saya adalah memiliki kebun yang hidup sepanjang tahun. Tapi ternyata cukup memerlukan pengetahuan yang lengkap untuk memilih jenis tanaman yang cocok di setiap musim. Terutama karena halaman saya tidak disinari matahari sepanjang tahun.


Setelah sukses (menurut standar saya) menanam tomat, cabe dan terong di musim panas, tahun ini saya mencoba menanam brokoli dan kembang kol pada akhir bulan september, saat sudah memasuki musim gugur dan suhu sudah mulai dingin. Saya menanam dua bibit brokoli dan dua bibit kembang kol (warna putih dan kuning). Saya menanamnya berpasangan. Satu di area kitchen garden yang saat musim dingin kurang cahaya matahari, satu lagi menggunakan pot yang bisa dipindah-pindah mengikuti sinar matahari...duh...repotnyaaa!.

Berikut catatan dan foto-foto perkembangannya:

ditutup jaring halus karena takut dimakan serangga

yang ditanam di pot juga ditutup net
dengan rangka menggunakan sumpit masak!

 
tumbuh perlahan karena kurang cahaya matahari,
net dilepas karena sudah mulai besar,
gantinya sekelilingnya dipagari daun bawang yang dipercaya
bisa mengusir serangga secara alami
Kembang kol mulai berkuntum
11 Desember 2014
11 Februari 2015
Kecil-kecil terpaksa dipanen!
Konon katanya kembang kol yang siap panen itu
jarak antar kuntumnya masih rapat tapi sudah jelas terlihat.
Kalau sampai renggang kembang kol sudah keras dan tidak enak dimakan

Cukup dicuci lalu dimasukkan air mendidih beberapa menit,
lalu disajikan sebagai penambah di salad,
kriukkk! enak juga lho



burung hiyodori tertangkap kamera pengintai!
Lalu bagaimana dengan brokoli? juga brokoli dan kembang kol yang ditanam di pot? Alhamdulillah sudah mulai berkuntum dan membesar. Sayangnya muncul hama baru, yang lebih besar dan kuat! yaitu burung Hiyodori yang setiap hari datang memakani daun brokoli. Sejauh ini cuma daunnya yang mulai botak dan kuntum brokoli tetap aman. Apakah brokoli akan berhasil kami panen? Mari kita sama-sama tunggu perkembangan selanjutnya....(udah kayak iklan sandiwara radio jaman dulu ajah!)


Comments

  1. Menunggu postingan panen brokoli nya mak :D
    Wah itu burung hiyodori nya memang selalu dirumah atau bagaimana mak?

    ReplyDelete
  2. mari kita sama-sama menunggu yaaa. Itu burung baru nongol pas brokoli dipindah ke area yang terbuka dan kena sinar matahari. Tajem juga radarnya ya, padahal rumah saya itu nyempil di pojokan, terkurung rumah dari segala arah lho. Makasih dah mampir ya mak lianurmalasari :)

    ReplyDelete
  3. wahh keren. saya coba menanam tomat dan cabe. tapi belum keliatan hasilnya nih :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang perlu kesabaran yah bercocok tanam mah...gimana sekarang perkembangannya?

      Delete
  4. makasih mama Fathia, mudah2an cepet pandai, doain ya :)

    ReplyDelete
  5. Makk...beli bibitnya dimana? Pingin juga bisa berkebun cuma belum ketemu tempat beli bibitnya nih aku

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo saya beli yang udah tumbuh gitu, anakan. Kalo disini di home center gitu suka jual, mungkin bisa coba beli online?

      Delete
  6. mak...daku dikirimi kawan benih lobak dari Jepang dan tumbuh subur di sini... wah, senangnya melihat pertumbuhan sayuran kita ya mak. apalagi kalau bisa dinikmati bersama keluarga. keep in touch ya, nanti aku share deh kalau sdh siap panen juga ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaah tangan dingin itu berarti, cocok yah. Insya Allah tahun depan mau coba lobak, dari benihnya. Kutunggu laporan panennya yaaaa

      Delete
  7. hehe burungnya tertangkap basah ya makanin daun brokoli.. hmm

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)