Skip to main content

Menamai Anak

Tiga anak yang kompak tidur siang
Menyambut kelahiran anak merupakan kebahagiaan bagi setiap pasutri. Termasuk saya dan suami dong, berbagai persiapan dilaksanakan, termasuk menyiapkan nama. Karena kami pasangan campuran Jepang dan Indonesia, dengan latar belakang keluarga saya yang muslim, urusan menamai anak bukan hal yang mudah.

Kami mempertimbangkan faktor2 berikut:

1. Nama anak adalah doa orangtua untuk kehidupan anak di dunia dan akhirat.
2. Nama anak harus mudah dilafalkan, mudah diingat, dan tidak ribet ditulis (khususnya kalo pake huruf kanji, diusahakan menggunakan huruf yang sederhana tidak banyak "stroke"nya).
3. Nama anak bisa dilafalkan dengan mudah, minimal oleh keluarga besar saya di Indonesia dan oleh keluarga besar suami di Jepang.

Karena pertimbangan2 diatas, kami memilih bahasa arab sebagai sumber ide. Bahasa Arab menurut kami adalah bahasa universal, keren dan unik. Mudah dilafalkan oleh siapa saja, apalagi orang Indonesia yang mayoritas muslim. Lagipula nama2 bule (bahasa Inggris maksudnya) juga kalo ditelusuri, lama2 kembali ke sumber kitab2 suci...yang sudah pasti juga ada di kitab suci umat islam, yang berbahasa arab.

Permasalahannya, bagaimana supaya bisa dilafalkan dengan baik oleh orang Jepang. Lalu bagaimana penulisannya dalam huruf Jepang. Memang bisa saja menggunakan huruf katakana, tapi rasanya sayang karena kalo pake huruf kanji, kita bisa memilih huruf2 yang artinya baik2 juga. Jadi dalam satu nama bisa diisi setidaknya dua doa.

Ketika Raika lahir, kita sepakat memilih nama Laiqa, artinya deserving, suitable and elegant. Silakan baca cerita kelahiran Raika. Masalahnya dalam bahasa Jepang tidak ada huruf L ataupun huruf Q. Akhirnya Laiqa dikompromikan menjadi Raika dan kami memilih kanji 来 untuk Rai, artinya tiba, datang. Lalu memilih 香 untuk ka, yang artinya keharuman. Jadi kira2 arti kanjinya "keharuman yang menyerbak". Pernah kita main2 ke taman botani dan melihat sejenis bunga yang dilabeli 夜来夏 artinya "mekar dan mewangi di malam hari" he3.

Lalu untuk anak ke-2, pertama kali dokter bilang anak kami perempuan. Mulailah mencari nama bayi perempuan. Susahnya minta ampun! karena sepertinya otak kami sudah diperas untuk mendapat nama Raika he3. Maklum kapasitas otak kami sangat minim hi3. Walaupun begitu kami akhirnya sepakat memberi nama Shirin yang dalam bahasa Arab berarti sweet, manis. Lalu ditulis dalam huruf kanji  支 untuk shi, artinya mendukung, menyangga. Lalu 隣 untuk rin, yang artinya di sebelah atau di samping. Jadi kira2 artinya selalu berada di samping untuk mendukung, men-support. Udah kebayang shirin bakal jadi istri shalehah deh pas milih nama itu he3.

Tiba2 dokter merevisi perkiraan kelamin si bebi, jadi laki2!. Mulailah grasak grusuk mencari nama anak laki2. Dapat beberapa kandidat seperti Anan, Uday dan Aidan. Tapi semua terasa gak cocok dengan doa kami yang kepingin punya anak laki2 yang pemberani, hanya takut kepada Allah SWT. Suami juga pengennya punya anak laki2 yang penurut, patuh pada orangtuanya. Kata yang tepat adalah Taat, cuma sayang gak ketemu huruf kanji yang cocok. Akhirnya dipilihlah nama Taqwa, yang berarti patuh pada Tuhan (silakan baca cerita kelahiran Taqwa).  Lalu ditulis dalam huruf kanji 拓 untuk taku, artinya kira2 pelopor, pioneer. Lalu 和 untuk wa, artinya damai, harmoni. Jadi kira2 artinya memimpin kepada perdamaian dan keharmonisan, aamiin.

Bulan Juni lalu lahir anak ketiga kami, laki-laki dan kami namai Haqqi, yang dalam bahasa arab artinya kebenaran. Silakan baca cerita kelahiran Haqqi. Kami memilih 八起 untuk penulisan huruf kanjinya, diambil dari peribahasa 七転八起 (dibaca shichiten hakki, atau nana korobi yaoki) yang artinya meskipun terjatuh atau gagal sampai 7 kali pun, kalau kita bisa bangkit untuk yang ke-8 kalinya maka semua akan baik-baik saja. Singkatnya kami ingin bebi haqqi menjadi anak yang pantang menyerah. Semoga Allah mengabulkan doa kami, dan bebi Haqqi kelak menjadi orang yang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran, aamiin.



Sayangnya, masalah pilih memilih nama ini jadi rumit lagi kalo pas membuatkan paspor. Karena rencananya anak2 megang paspor Jepang dulu baru membuat avidavit WNI, maka nama Jepangnya harus di huruf latin-kan di paspor. Sebenarnya saya kepingin tetap ditulis nama arab-nya masing2, Laiqa dan Taqwa. Tapi jadinya tidak konsisten dengan pelafalan Jepang-nya (ya itu tadi, dalam bahasa Jepang tidak ada huruf L dan huruf Q). Akhirnya terpaksa di paspor tertulis; Raika, Takuwa dan Hakki. Ah...gapapa lah....yang penting doa sudah dipanjatkan ketika memilih nama2 tersebut. Semoga Allah mengabulkan doa kami, amin ya Robbal Aalamiin.

Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Nama yang Paling Berkesan Mak Armita Fibri.

Comments

  1. kayaknya bisa masuk majalah nih. femina? *kompor*

    ReplyDelete
  2. masak siy Bu? coba tolong dibantu dooong :)

    ReplyDelete
  3. tulisan yang menarik..:)...
    selamat pagi, saya mahasiswi yang sedang melakukan penelitian mengenai anak remaja yang berasal dari orangtua campuran Jepang-Indonesia ..apakah anda memiliki anak dengan usia remaja atau jika tidak apakah anda memiliki kenalan dengan kriteria tersebut?? terima kasih :)...

    ReplyDelete
  4. pertimbangannya lebih dobel ya kalau dua bahasa...
    salut banget bisa ketemu yang pas..:) blogwalking salam kenal..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya biar gak ribet nyebutnya dari dua keluarga...makasih mak..salam kenal juga :)

      Delete
  5. bagus-bagus semua nama anaknya mbak :)
    salam kenal yah :)

    ReplyDelete
  6. Wah, menarik sekali, Mbak. Raika, Takuwa dan Hakki, semoga nantinya menjadi orang2 sebagaimana do'a orangtuanya.

    Salam kenal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin terima kasih doanya ya, semoga kebaikan juga untuk yang mendoakan.

      salam kenal kembali

      Delete
  7. Masya Allah..namanya bagus2. Keren ih bisa dapet nama dlm 2 bahasa, dan artinya bagus semua. Salut!

    ReplyDelete
  8. Wow agak2 speechless mba mengingat kekayaan bahasa di dunia, betul...doa ortu pasti sampai ke langit. Salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya..bahasa yang segaja diciptakan berbeda supaya kita saling mengenal, aamin, makasih mak. Salam kenal juga :)

      Delete
  9. waahhh nyiptain namanya juga hasil toleransi antar bahasa ya mbak.. tp hasilnya bagus2. Menarik :) Salam kenal mbak

    ReplyDelete
  10. proses cari namanya agak-agak bikin pening ya, secara harus bagus artinya dalam 2 bahasa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya secara kapasitas minim he3...alhamdulillah happy ending :)

      Delete
  11. Assalamualaikum, salam kenal mba :)

    Salute utak-atik formulanya menghasilkan nama yg bagus. Temen2 dedek manggilnya juga gak kerepotan :) Semoga menjadi anak solih n solihah.

    selamat, tulisan ini meraih juara ke-1 ...

    saya follow blog-nya ya mba .. arigato .. !:)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Rindu Menjahit

Belakangan ini rindu sekali belajar menjahit lagi, sayang sekali masih belum ketemu waktu yang pas. Kakak masih pulang cepat dari TK, adik juga masih harus selalu ditemenin main. Tapi karena sudah tidak tahan saya nekat memotong kain untuk membuat gaun. Sayang sekali belum selesai juga, Insya Allah nanti diapdet kalau sudah selesai. Sementara menanti momen yang pas, saya ubek-ubek lagi foto jadul pertama kali kena menjahit. Membuat perlengkapan sekolah kakak dan beberapa dress dari kain sarung bantal untuk latihan.     Melihat foto-foto ini jadi semakin ingin belajar menjahit....hikkksss.     Tas bekal, luncheon mat, dan cuttlery wallet tas jinjing sekolah TK untuk membawa buku cerita baju karung dari kain spanduk versi ikat pinggang (baseball punya suami hi3) baju karung dari kain spanduk dress anak dari bahan sarung bantal dress wanita, belajar menjahit rempel (gak tau istilah teknisnya)