Skip to main content

Menyapih Ala Jepang

Gambar diambil dari sini
Menyusu bagi bayi memberikan dua manfaat, sumber gizi/nutrisi dan sumber comfort kenyaman/kehangatan/kasih sayang. Bayi menyusu bukan hanya karena lapar atau haus, tapi juga karena menginginkan dekapan ibu, membuatnya tenang ketika resah atau takut, atau hanya sekedar menghilangkan lelah dan mengantarnya tidur.


Karena saya sedang menyapih anak ke-3, saya ingin mengulas proses menyapih ke-3 anak saya (yang ke-3 masih dalam proses). Melahirkan anak di Jepang, jauh dari orangtua dan mertua, saya praktis mengikuti informasi dari Dinas Kesehatan tempat saya tinggal.

Secara umum, menyapih ala Jepang ada 2 macam, sotsunyuu 卒乳 dan dannyuu 断乳. Sotsunyuu artinya selesai atau tamat (info tambahan, kelulusan atau wisuda dalam bahasa Jepang disebut sotsugyou 卒業). Jadi mungkin bisa dibilang, Lulus ASI. Sedangkan dannyuu 断乳 artinya menolak memberikan ASI. Biasanya dilakukan mendadak dan sekaligus, misalnya karena hamil dan ada risiko sehingga harus langsung stop ASI, atau karena sakit dan lain-lain.

Sebenarnya, proses menyapih sudah mulai saat orangtua memberikan MPASI, di Jepang dikenal dengan istilah rinyuushoku 離乳食, yang artinya kurang lebih perlahan meninggalkan ASI. Bayi perlahan meninggalkan ASI dan menyusu dalam pemenuhan gizi dan nutrisinya. Tapi untuk pemenuhan comfort bisa berlangsung lama. Sekarang ini ada kecenderungan untuk selfwean atau membiarkan bayi memutuskan sendiri kapan selesai menyusu, biasanya lepas sendiri usia 3 atau 4 tahun.

Metode melakukan dannyuu 断乳 yang saya dengar macam-macam. Ada ibu yang menolak memberikan ASI dan membiarkan bayinya menangis, mengamuk sampai akhirnya kelelahan dan tertidur. Terus menerus diulang sampai lama-lama bayinya menyerah tidak minta menyusu. Ada juga yang mengoleskan lipstick atau menempelken band aid atau hot pad/cool pad, biasanya untuk bayi yang sudah agak besar, lebih dari satu tahun. Kalau di Indonesia mungkin yang konon manjur itu mengoleskan brotowali yang pahit. Tentu saja semua dilakukan tanpa melupakan pengganti fungsi penting menyusu; pemberian gizi/nutrisi yang cukup dan dibarengi dengan dekapan/perhatian ekstra.

Proses sotsunyuu 卒乳 atau Lulus Asi biasanya dilakukan saat seluruh tahapan MPASI selesai, usia 18 bulan, bahkan ada juga yang mulai saat usia 1 tahun dengan pertimbangan bayi sudah bisa minum susu UHT. Lancarnya proses Lulus ASI selain sedikit banyak ditentukan oleh keberhasilan MPASI/rinyuushoku 離乳食, juga ditentukan oleh beberapa kebiasaan atau habit dalam menyusui; pemberian ASI yang terjadwal, tidak membiasakan menyusui bayi hingga benar-benar pulas tertidur (jadi menyusu di stop saat sudah "setengah tidur" lalu dielus atau di empok empok sampai tertidur), melatih bayi tidur hingga pagi tanpa terbangun untuk menyusu, salah satunya dengan memastikan bayi kenyang dan selalu nyaman saat tidur (dikenal dengan sleep through the night, biasanya secara alamiah dimulai ketika menginjak usia 9 bulanan, tapi tentu saja berbeda-beda tergantung bayinya).

Seperti apa pengalaman saya menyapih anak? Anak pertama lancar Lulus ASI. Faktor penentu keberhasilan? Pertama, kena 2 kali mastitis jadi si Kakak pernah pengalaman 2 kali ditolak menyusu. Kedua, si Kakak tipe bayi yang senang makan, terjadwal waktu minum asi dan waktu tidurnya. Ketiga, si Kakak anak pertama, semua perhatian Ibu tercurah padanya, jadi punya banyak waktu untuk mengelus-elus dan empok empok sebelum bobok.

Anak kedua justru berbeda sekali, karena saya keburu hamil lagi saat usia si Aa masih 20 bulan dan kalau menyusui rahim kontraksi dan berisiko ke calon adiknya. Akhirnya saya harus distop ASI. Masalahnya, si Aa ini tipe gak banyak makan tapi masih beruntung dia dari bayi terampil tidur sendiri, gulang guling di kasur terus tertidur. Jadi saya fokus mengusahakan si Aa makan banyak dan beragam, dan meskipun pinter tidur sendiri, ada kalanya malam menangis minta menyusu, mungkin pengaruh psikologis karena mau punya adik. Disinilah peran Ayah sangat penting! Si Aa sebelum tidur banyak digendong-gendong ayahnya, kadang dibawa berkeliling naik sepeda sampai tertidur, bahkan hingga kini lebih sering tidur bareng Ayah atau kakak, ketimbang tidur bareng saya.

Anak ketiga, yang sampai sekarang belum berhasil, adalah yang terberat. Meskipun Adek hobi makan, Adek dari brojol maunya menyusu, bahkan Ibu selalu makan sambil menyusu hingga sekarang. Adek juga tidak bisa tidur tanpa menyusu, dan masih berkali-kali terbangun untuk minta menyusu. Hal ini terjadi bukan karena ibunya tidak berniat melatih Adek untuk tidur sendiri, tapi setiap menyusui Adek, sebelum si Adek tidur ibunya malah tidur duluan! Sulit juga untuk meminta Ayah turun tangan, karena sudah keburu sibuk ngeloni si Aa. Jadi saat ini proses menyapih Adek masih mentok di menyusui sebelum tidur sampai pagi si Adek bangun.

Nah, disinilah sebenarnya nasihat dari petugas Dinas Kesehatan menjadi penting. Dalam merawat bayi dan balita, termasuk menyapih, orangtua harus selalu ingat istilah aserazu shincouni 焦らず、慎重に, yang artinya kurleb Tidak Terburu-buru, Harus Hati-hati. Beri waktu secukupnya bagi bayi dan tentunya bagi diri kita sendiri untuk menyapih dengan bahagia, berhati-hati jangan sampai karena kita punya target tertentu, misalnya tepat jreng usia 2 tahun harus sudah berhenti menyusu, kita jadi melupakan faktor psikologis dan kesiapan bayi untuk disapih. Kita harus ingat, bayi menyusu bukan hanya karena haus atau lapar saja, tapi karena bayi ingin dipeluk, diperhatikan dan disayang. Selama kebutuhan itu belum terpenuhi, maka bayi kita akan terdzalimi karena tidak mendapatkan haknya. Terakhir, yang sering kita lupa, meskipun hanya para ibu yang bisa memproduksi ASI, tapi memberikan ASI dan memberikan kasih sayang juga bisa dilakukan para ayah, jadi mari libatkan para ayah dalam menyapih.

Comments

  1. Terima kasih rangkumannyaa, ternyata sama sama ya prinsipnya, saya setuju u hati hati, tapi terus terang takut terlampau hati hati terus ternyata diri sendiri yang ga tega menyapih 😥

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama mbak, hati-hati yang dimaksud mungkin jangan sampai proses menyapih menjadi trauma yah. Kalo mamanya gak tega menyapih Insya Allah anaknya yang menyapih diri sendiri hehehe

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Cerita Kelahiran Raika

Alhamdulillah....akhirnya saya menjadi ibu juga. Si neng lahir hari Jumat 5 Desember 2008, Berat Lahir 3.512kg Panjang Badan 51 cm, dan kami namai RAIKA 来香 . Sayang sekali proses kelahirannya tidak mendapatkan liputan yang layak

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.