Skip to main content

Dilema Menulis tentang Parenting

Setiap hendak menulis tentang parenting saya selalu maju mundur, meskipun berhasil menulisnya tetap saja saat hendak meng-klik button publish saya kembali ragu-ragu. Akhirnya kemarin saya kepikiran terus menganalisis mengapa menulis tentang parenting begitu dilematis.
 
Berikut daftar pikiran negatif yang saya rasakan ketika menulis tentang parenting, termasuk menulis tentang tumbuh kembang anak-anak:


1. Takut dibilang pamer, menulis apa saja di media sosial sepertinya layak dilabeli pamer, karena saya bukan motivator, bukan inspirator, apalagi (amit-amit) provokator.
2. Sok Tau, karena saya masih ibu baru, anak baru 3 orang dan yang paling besar baru 7 tahun.
3. Ribet, karena toh katanya tanpa baca buku parenting atau tau teori parenting anak-anak bisa ini itu dengan sendirinya.
4. Fetish/berlebihan, karena takut ibu-ibu lain berkomentar, "ih masa sampai segitunya siy? kita-kita biasa-biasa aja anak-anak baik-baik saja toh?!"
5. Mengundang penasaran, karena takutnya diam-diam pembaca malah penasaran, "ini si Shujindakara nulis ini itu kita lihat anak-anaknya nanti jadi apa? sukses gak? atau sama aja sama kita-kita".

Untuk melawan pikiran negatif itu saya mulai me-rasionalisasi diri sendiri, berikut bantahan saya:

1. Pembenaran diri membabi buta, blog gue ya terserah gue mau nulis apa aja!
2. Menulis tentang tumbuh kembang anak-anak adalah mendokumentasikan apa yang telah kami lakukan bersama sebagai ibu dan anak.
3. Menulis tentang pengasuhan anak bukan karena kita lebih tau, lebih mengerti dari pembaca, tapi hanya sebatas membagi pengalaman "this is what I do", bukan "this is what I do, so you should do it too!".
4. Sense of control, dengan menuliskan apa yang saya (baru) tahu, apa yang (baru) bisa saya lakukan memberikan perasaan positif bahwa saya sedikit banyak memiliki kendali atas pilihan-pilihan yang saya buat. Sisi lain dari sense of control ini juga membuat saya sangat paham bahwa ada banyak sekali pilihan dalam pengasuhan anak, dan semakin bermacam-macam pola asuh yang dilakukan orangtua lain maka semakin baik. Mengapa? karena dalam setiap parenting style ada kekurangan dan kelebihan, dan bukan tidak mungkin saling menutup satu sama lain dan menciptakan keseimbangan dengan sendirinya.
5. Berhubungan dengan nomor 4, jika semakin banyak orangtua yang menulis tentang parenting dan pengasuhan anak, maka secara tidak langsung saya memiliki lebih banyak referensi, bukan sekedar dari buku panduan/teori tapi langsung dari pengalaman nyata orang lain .

Kekhawatiran yang sangat besar adalah, jika anak-anak tidak tumbuh baik selayaknya harapan masyarakat. Jika hal ini terjadi, saya mungkin akan kembali membaca tulisan-tulisan tentang parenting di blog ini lagi, dan mudah-mudahan saya bisa meyakinkan diri sendiri

"at least I did what I could do, as far as I knew then"
"setidaknya saya sudah melakukan yang terbaik, sebatas yang saya tahu"
 
dan bukan,
 
"oh I should have...."
"Seharusnya saya begini dan begitu..."
 
atau
 
"oh Why didn't I..."
"Kenapa saya tidak begini dan begitu.."
 
 
Mudah-mudahan setelah dilema teratasi, saya bisa semakin nyaman menulis tentang anak-anak, aamiin.

Comments

  1. Terdampar di mari. Salam kenal. Kebetulan saya juga sering posting tentang parenting. Tp niatnya ingin share pengalaman saja, tiada niat menggurui. Bila anak2 mrk yg baca blog saya nanti lebih baik dr anak saya ya alhamdulillah. Jadi ada manfaatnya..kemudian dg menulis jadi ada tekanan buat diri sendiri agar tabah dan konsisten bwahaha...filsafatnya bila ingin mendapat ilmu maka yang dipunya juga perlu dikosongkan...dan saya yakin semua ibu punya hikmah atas pengalaman membesarkan anak. Bila semua dikumpulkan dan kita semua bisa belajar bersama bukankah itu luar biasa? Keep up the spirit mom

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih Mak, iya mudah2an gak maju mundur, thanks for sharing :)

      Delete
  2. Halo mbak makasih sudah berkunjung ke blogku..

    Kalo bagi saya sih, negatif thinking itu emang gak baik untuk kesehatan hihiehihe kalau mau nulis tentang parenting sah-sah saja. Banyak juga teman-teman blogger yang suka menulis parenting berdasarkan pengalaman mereka dan tidak membandingkan. Satu yang saya pelajari selama ini, menulis topik parenting yang rawan 'war', harus bisa wise dan siap untuk menuai pro dan kontra hehehehe
    Sharing pengalaman parenting sangat berguna kok.. Setidaknya menjadi bahan pembelajaran..

    ReplyDelete
  3. Haii Bunda, saya juga menulis mengenai parenting nih. Saya punya referensi beberapa permainan murah meriah yang biasa saya lakukan bersama anak saya di rumah pada tulisan terbaru saya, silakan berkunjung Bunda. Saran dan kritiknya ditunggu ya Bunda. Terima kasih.

    http://www.bombonasam.club/2017/06/rumah-adalah-tempat-bermain-terbaik.html

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.

Cerita Kelahiran Raika

Alhamdulillah....akhirnya saya menjadi ibu juga. Si neng lahir hari Jumat 5 Desember 2008, Berat Lahir 3.512kg Panjang Badan 51 cm, dan kami namai RAIKA 来香 . Sayang sekali proses kelahirannya tidak mendapatkan liputan yang layak