Skip to main content

Aa Taqwa dan Jidoukan


Foto kegiatan di Jidoukan dari sini
2 bulan lalu, saat pulang ke rumah mertua karena urusan keluarga, Keluarga suami sempat terkaget-kaget dengan betapa "telat" nya Aa Taqwa dalam segala hal, terutama bicara/komunikasi.
Tak lama saya pun sempat "dikritik" oleh Kepala TK saat ujian masuk TK, karena si Aa sama sekali belum mandiri dan belum bisa memperhatikan saat orang dewasa sedang bicara. Satu hal yang sangat penting saat anak masuk TK nanti.

Kepala TK terheran-heran kenapa si Aa kok gitu padahal si Kakak meni pintar menyesuaikan diri. Tentu saya sadar apa masalahnya; si Aa kurang sosialisasi. Karena Ibu sibuk dengan urusan TK si Kakak, belum kondisi tubuh yang drop karena hamil dan terus ada adek bayi. Bisa dibawa ke taman satu dua jam saja sudah beruntung. Dulu si Kakak hampir setiap hari main di taman dan jidoukan (fasilitas bermain gratis dari pemda), jadi setiap hari belajar "bergaul" dengan sesama anak 0-3 tahun. Latihan sabar berbagi mainan, menunggu giliran main atau duduk diam mendengarkan petugas jidoukan membacakan buku atau mengajarkan nyanyian.

Akhirnya saya pun berusaha mengejar ketertinggalan, masih ada waktu sampai bulan April. Sekarang setiap hari pekerjaan rumah selesai tidak selesai jika sudah teng jam 10 harus sudah berangkat. Setiap hari pergi ke jidoukan yang berbeda, bahkan ke jidoukan pemda lain (kadang harus mengayuh sepeda 30 menit membonceng Aa Taqwa sambil menggendong adek Haqqi).

Menyesuaikan diri dengan jidoukan bukan pekerjaan mudah buat saya. Pertama, saya orang asing sendiri dan berjilbab (ini perlu ditulis juga karena sekarang sudah mulai sering dapet pertanyaan susulan setelah tau saya orang Indonesia muslim, Indonesia itu muslimnya Syiah apa Sunni? whaaattt!!!). Kedua, harus tebel muka karena awal-awal si Aa meni gak tau malu suka rebut mainan, ngadat, mukul teman pas saya meleng karena sibuk sama adek. Ketiga, saya suka merasa minder kalo pas acara buka bentou, maklum bentou saya kebanyakan sisa makan malam dan sarapan, bener-bener seadanya hiks. Keempat, saya kadang sulit mengajak pulang si Aa karena masih kepingin main (saya berada di Jidoukan dari jam 10 pagi sampai sekitar jam 2 siang, karena sudah harus ada di rumah sebelum si Kakak pulang sekolah).

Dalam 2 bulan ini perkembangan Aa Taqwa terbilang pesat. Sudah bisa mengalah kepada anak yang lebih kecil, dan walaupun tak banyak bicara, bisa bermain akur dengan teman yang seumuran, duduk dan makan bekal sampai habis, cuma sayang masih susah diajak pulang. Perkembangan bahasa lah yang mungkin paling kelihatan. Ternyata meskipun saya usahakan bacakan buku, juga sering diajak bercakap-cakap sama si Kakak tetap saja si Aa paling cepat menyerap kata-kata baru yang diucapkan teman. Sampai2 di rumah pun kata-kata itu diulang-ulang terus. Si Aa juga sepertinya lebih senang main dengan teman ketimbang main sendiri, kadang setelah menyusun play rail kereta api, Aa cuma sibuk mundar mandir menunggu ada teman lain yang datang.

Puncaknya, kemarin saat bertemu teman baru di jidoukan. Ibu ini membawa 2 anak juga, 3 tahun dan 1 tahun. Si Aa meni langsung sok akrab, mengajak ngobrol atau tepatnya ngoceh sampai-sampai si ibu memuji, "Ya Ampuuun....kok anaknya sama seumuran anak saya sudah pintar sekali bicara ya, anak saya belum keluar sepatah kata pun...saya sampai stress karena kan sebentar lagi masuk TK".

Aduh Mbak Yuuuu.....saya juga seperti itu 2 bulan yang lalu! batin saya. Sebenernya kepingin melajutkan mengobrol dengan ibu itu, tapi keburu sibuk mengikuti anak masing-masing. Memang lebih baik tidak membanding-bandingkan setiap anak, jangankan dengan anak orang lain, dengan saudaranya saja tidak boleh. Karena setiap anak memiliki pace-nya masing-masing. Tapi tetep saja ya, namanya Ibu, kalau anak kita terlajur di diagnosis "telat" rasanya tidak rela dan tentu ingin berbuat sesuatu. Semoga si ibu itu tidak berlarut-larut kuatir, dan semoga anak-anak bisa menikmati hari-harinya di TK nanti, aamiin.

Comments

  1. Tantangan ya.. di sini di depan rumah aja dah bisa diaur maen sama tetangga :p Gak tau rasanya punya anak cowok, excited banget ngikutin perkembangan Aa Taqwa sama Dek Haqqi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya din, kemaren2 di depan rumah pada main siy anak-anak lumayan banyak dan jalan depan sepi cuma yang punya rumah di situ yang bisa masuk. Eeeeh yang kakek rumah depan marah kalau anak-anak main disitu, ngerti siy tetep fasilitas umum dan bahaya kalau pas mobil lewat, tapi kalau cuma main sejam 2 jam harus ke taman umum ya kasian kaaaan. Nasiiib nasiiib

      Delete
  2. Mbaa Etoo, salam kenal yaa jadi dulu blognya namanya desperate housewife ya sama dgn blog saya dong, sampai skeareng belum ganti nama hehe. Selamat ya buat Aa udah banyak perkembangan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga, aduuuh seneng ketamuan mak Irit. Iya lengkapnya desperate housewife in the city, paduan tv series beken tea :)

      Delete
  3. Paham betul kesulitannya mom. Apalagi kalau di kota besar indo skrg sulit menemukan lingkungan yg bnyk anak dg kata2 yg baik....kebanyakan sdh ada yg aneh2..dan anak2 kecil sdh dimasukkan ke PAUD/PG..slmt berjuang

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, mudah2an semakin banyak yang faham kesulitan kita emak2 dan ada solusinya yang mudah dan murah, aamiin

      Delete
  4. salam kenal mbak panggilannya apa ini biar enak uminya Taqwa gitu bisa kali ya
    :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Youkan atau Dodol Jepang

Homemade Mizuyoukan Saat Ibu saya mengunjungi kami di Tokyo, kegembiraan beliau yang paling terasa adalah menemukan kembali makanan masa kecil. Meskipun Tokyo adalah kota metropolitan yang canggih dan gemerlap, tapi tengoklah pojok makanan tradisional mereka. Jangan kaget jika menemukan teng teng beras, opak, kue mochi, kue semprong, rambut nenek-nenek (harum manis di-sandwich semacam kerupuk renyah), kolontong ketan, gemblong dan banyak lagi. Karena saat itu musim gugur, kesemek membanjiri supermarket, Ibu saya selalu berfoto dengan gunungan buah kesukaannya di masa kecil, yang kini jarang ditemukan di negerinya sendiri. Tapi yang paling beliau sukai adalah, youkan. Beliau menyebutnya dodol. Ada banyak sekali varian youkan, tapi yang beliau sukai adalah shio youkan. Bedanya dengan dodol, kadang ada dodol yang kering, atau dodol yang agak liat. Saya sendiri suka dengan makanan tradisional Jepang, mengingatkan pada camilan kalau mudik ke Tasik saat lebaran. Masalahnya, rata-rata b

Cerita Kelahiran Raika

Alhamdulillah....akhirnya saya menjadi ibu juga. Si neng lahir hari Jumat 5 Desember 2008, Berat Lahir 3.512kg Panjang Badan 51 cm, dan kami namai RAIKA 来香 . Sayang sekali proses kelahirannya tidak mendapatkan liputan yang layak

Menyurangi Resep Ebi Furai

Salah satu makanan favorit keluarga adalah furai atau gorengan, terutama ebi furai. Biasanya kalau saya membuat stok makanan beku saya sekaligus membuat ebi furai , chicken nugget dan hamburg/burger patties . Cuma belakangan si Aa udah mulai jarang tidur siang, jadi sudah tidak bisa lama-lama mencuri waktu membuat stok makanan lagi.